Ada apa dengan Cinta?
Rinkasan Khotbah Pdt.M.D.Wakkary
Yohanes 3:16
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Dalam suratan rasul Paulus kepada jemaat di Korintus diuraikan dengan luas tentang Kasih. (I Korintus 13). Dunia barat mengekspresikan cinta dengan sapaan “I love you” dan kemudian ciuman. Tetapi Allah menyatakan kasihNya pada manusia dengan memberikan anakNya yang tunggal, Yesus Kristus. Allah menyerahkan sesuatu yang paling berharga. Jadi kasih itu adalah memberi. Mustahil orang berkata aku mengasihi tetapi tidak pernah memberi kepada yang dikasihi. Kasih Allah dinyatakan dengan pemberian, dengan pengorbanan.
Tetapi dimensi kasih bukan hanya memberi. Baca Wahyu 3:19. Dimensi kasih di sini adalah ditegur, dihajar. Selain Allah menyerahkan AnakNya yang tunggal supaya kita mempunyai masa depan yang penuh harapan yaitu kehidupan kekal, Tuhan berbuat banyak hal untuk melindungi kita supaya jangan tersesat atau lari dari keselamatan. Sebagaimana hubungan kasih antara orang tua menegor anaknya, maka demikian juga Bapa di surga menegor dan menghajar kita. Tetapi kalau Tuhan menegor bahkan mungkin menghajar kita itu karena kasihNya kepada kita. Titus 2.
Amsal 19:18, II Samuel 7:14-15a. Hubungan kita terhadap Bapa di surga adalah hubungan bapa dengan anak. Jika orang tua mendidik anaknya dengan ganjaran dan tegoran yang mungkin kurang mengenakkan bukan berarti orang tua itu tidak mengasihi anaknya. Alkitab menegaskan bahwa kasih setia Bapa tidak pernah hilang terhadap anaknya. Seringkali Tuhan memakai para hamba Tuhan untuk menegor kita melalui Firman Tuhan yang disampaikan. Ada kalanya Tuhan menegur kita dengan lembut tetapi ada saatnya Tuhan menegur dengan keras kalau kita tidak merespons teguran yang lembut. Tuhan bisa menegur kita melalui masalah, penyakit, dlsb. Tetapi sangat disayangkan apabila kita disebut anak Tuhan tetapi tidak mau ditegur Firman Tuhan
Pemazmur Daud berkata “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku” (Mazmur 23:4). Daud tidak terhibur oleh hiburan-hiburan kerajaan tetapi dia mengatakan bahwa gada dan tongkat Tuhan itulah yang menghiburnya. Tongkat ukurannya panjang dan salah satu ujungnya bentuknya bengkok. Sedangkan gada ukurannya lebih kecil dari tongkat. Tongkat berfungsi untuk menarik domba yang lari dari kawanan. Tetapi kalau domba sudah mengganggu/merusak domba yang lain maka maka gada akan dipakai terhadap domba itu. Gada berfungsi untuk menarik dan juga memukul.
Amsal 17:10. “Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus puklan pada orang bebal”. Orang berhikmat kalau ditegur gampang sadar atas kesalahannya. Tetapi kalau anak yang bodoh seratus kali dipukul tetap saja berbuat. Kadang kita tidak mau tahu akan teguran Tuhan. Sebagai anak Tuhan kita perlu peka terhadap teguran Tuhan. Seorang anak Tuhan yang bijak kita akan segera berubah. Amsal 27:6.
Jadi ada dua dimensi kasih. Dimensi yang pertama adalah bahwa kasih itu berkorban atau memberi dan dimensi yang kedua adalah kasih itu mendidik, menegur dan juga tidak mungkin menghajar. Kalau kita seorang anak harus siap ditegur oleh Tuhan. Ibrani 12:5-10, Ibrani 12:11. Kalau kita diajar atau ditegor oleh Tuhan itu merupakan salah satu dimensi dari cinta Allah. Tuhan memberkati!