Belajar diberkati
Sekali waktu, saya terima telpon tengah malam. Dimana jujur saja, saya sudsh dalam status sedang tidur pules. Tapi apa boleh dibuat. Sebagai seorang hamba Tuhan, saya harus siap melayani kapan saja waktu. Saya angkat telpon itu dan ternyata ada jemaat yang ingin sekali mampir dirumah saya tengah malam itu juga. Istri saya jujur sangat-sangat kecewa pada waktu saya katakan iyah kepada jemaat ini. Kami bangun dan tunggu jemaat ini datang kerumah kami. Kurang lebih, lebih dari satu jam mereka tiba dirumah kami. Saya mengajak mereka masuk dan duduk serta menawarkan mereka minum sebagaimana kebiasaan orang timur. Terlintas diwajah istri saya sangat-sangat kecewa tetapi tdk bisa berbuat apa-apa. Singkat kata setelah basa basi kurang lebih 20 – 30 menit, jemaat ini masuk pada tujuan kedatang mereka. Kedatangan mereka saat itu sebenarnya adalah untuk membawa berkat yang Tuhan perintahkan mereka bawa bagi saya dan keluarga yang saat itu adalah $3000 AUD. Jumlah tersebut adalah jumlah yang sedang kami butuhkan sangat mendesak saat itu.
Saya dan Istri hanya bisa tertegun dan menangis sebab Tuhan itu adalah Allah yang tidak pernah terlambat menolong kita. Hanya saja, maukah kita ini taat padaNya. Maukah kita ini direpotkan? adakah kita memiliki hati sabar dan terbuka kepadaNya?
Ketika kita memiliki prinsip privasi atau tidak ingin direpotkan maka jangan-jangan prinsip itu telah membuat pernyataan dihadapan Allah bahwa kita ini tidak ingin di berkati.
Marilah belajar diberkati