Article

Keributan ttg nama Allah. oleh Pdt.M.D.Wakkary

EL, ELOHIM, YAHWE, ADONAI, THEOS ATAU ALLAH?

‘oleh Pdt. M.D. Wakkary

PENDAHULUAN

Dewasa ini, ada kelompok saudara-saudara kita seiman yang menolak menggunakan atau menyebut kata Allah. Dengan membongkar asal-usul kata ini dari bahasa Arab, mereka mengatakan pemakaian sebutan Allah itu “haram” bagi orang Kristen, karena istilah Allah terkait dengan nama dewa yang disembah pada zaman Arab jahiliah. Bagi kelompok ini, Allah yang disembah dalam agama Islam tidak bisa dipakai oleh orang Kristen karena Allah dalam Islam, tidak bisa dikenal secara dekat.

Juga di kalangan umat Islam, terutama di Malaysia, terdapat kelompok yang menentang pemakaian istilah Allah digunakan dalam Alkitab bahasa Indonesia, sebab menurut anggapan mereka sebutan Allah adalah khas nama Tuhannya umat Islam.

Karena itu, kelompok orang Kristen yang menolak sebutan Allah, kini semakin giat mempopulerkan istilah Yahwe sebagai pengganti sebutan Allah. Bahkan, mereka sudah menerbitkan Alkitab sendiri, yang di dalamnya semua istilah Allah diubah menjadi Yahwe. Bukan itu saja, juga Buku Nyanyian dan berbagai buku lainnya, yang tidak lagi mencantumkan istilah Allah dan menggantinya dengan sebutan Yahwe. Alkitab, Buku Nyanyian, dan buku-buku lainnya itu dibagikan di kalangan umat Kristiani dan pempimpin gereja-gereja secara cuma-cuma alias gratis. Begitu getolnya aktivitas penyebaran nama Yahwe ini sehingga ada juga pendeta atau pengerja atau anggota jemaat yang berhasil terpengaruh. 

Sebagai unsur pimpinan gereja saya sering diminta memberikan tanggapan terhadap kontroversi pemakaian istilah Allah dan Yahwe. Saya selalu menjelaskan bahwa semua kontroversi Allah dan Yahwe berkaitan dengan pemahaman istilah, dan penafsiran kata-kata. Yang berarti masih berada dalam wilayah yang luas dan komplikatif yang kita sebut : bahasa. Sehingga perlu ditelusuri asal-usul atau sejarahnya istilah-istilah yang menimbulkan bermacam tafsiran.

Karena itu, saya tidak mau terperangkap kepada pro dan kontra, tetapi lebih cenderung untuk meluruskan pemahaman istilah-istilah yang menyangkut Allah atau Tuhan, sekomprehensif mungkin.

SEJARAH MUNCULNYA BAHASA-BAHASA DI DUNIA

Apa arti bahasa? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah bahasa bermakna : “sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran”. Jadi singkatnya, bahasa adalah alat komunikasi sesama manusia untuk menyatakan perasaan dan pikiran. Bahasa bertujuan utama yaitu orang dengan orang dapat berkomunikasi.

Sebab itu bahasa-bahasa hanya diketahui dan digunakan oleh manusia-manusia..

Alkitab menyatakan kepada kita bahwa pada mulanya, manusia di dunia ini yaitu sejak Adam, hanya memiliki satu bahasa dan satu dialek. (Kejadian 11:1). Tetapi karena manusia membangun menara Babil yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, maka dikacaukan Tuhan bahasa manusia. (Kejadian 11:7). Sehingga terjadilah bahasa-bahasa yang beragam dan mereka tidak saling mengerti, lalu manusia tersebar ke seluruh dunia.

Dapat disimpulkan bahwa bahasa-bahasa yang sangat beraneka ragam itu di dunia ini sebenarnya bersumber dari Tuhan juga.

Kita semua mengetahui bahasa-bahasa terus berkembang, salah satu caranya ialah satu bahasa mengadopsi ucapan atau kata-kata dari bahasa lainnya ke dalam bahasanya.

Alkitab atau Kitab Suci juga mencatat betapa Roh Kudus menggunakan penyataannya dalam berbagai bahasa. Pada hari Pentakosta ketika semua orang percaya dipenuhkan dengan Roh Kudus, sebagai tanda mereka penuh dengan Roh Kudus, mereka berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain sesuai yang diberikan oleh Roh itu. (Kisah Para Rasul 2:4). Orang-orang yang penuh Roh Kudus berkata-kata dalam belasan bahasa meliputi bahasa-bahasa dari Eropa, Afrika dan Asia.

Allah kita adalah Tuhan yang mahatau (Mazmur 139:1-6). Karena itu kita yakin Tuhan sangat mengerti semua bahasa di dunia. Dia tidak mengistimewakan bahasa-bahasa tertentu. Alkitab kini dicetak ke dalam ribuan bahasa di dunia ini. Sebab Allah mengasihi semua manusia yang memiliki begitu banyak bahasa.

Di Sorga, semua bangsa, semua kaum, semua suku dan semua bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan bermacam-macam bahasa daerah, akan terwakili. (Wahyu 5:9; 7:9).

Pada awal Oktober 2003, saya dan istri berada di Fuller Seminary, di kota Pasadena, California, Amerika Serikat, untuk menghadiri Cross Cultural Conference, yaitu konperensi yang membahas pelayanan lintas budaya. Dalam konperensi tersebut saya bertemu dengan Pendeta DR. Indrawan Eleeas, Gembala Sidang Isa Almasih, Jemaat Pringgeding Semarang. Beliau adalah jebolan Fuller Theological Seminary yang terkenal itu dan meraih gelar Master dan Doktoral. Kepada saya beliau memberikan sebuah buku kecil berjudul : “nama Allah”.

Buku ini menarik karena menguraikan secara populer, ilmiah dan teologis alkitabiah asal-usul istilah-istilah yang berkaitan dengan sebutan atau nama Allah. Diterangkannya juga tentang penggunaan istilah Allah yang sudah hampir 4 abad dipergunakan oleh umat Kristen di segenap penjuru tanah air. Berikut ini saya kutip sebagian dari bukunya, tidak seluruhnya, karena ada bagian-bagian yang saya persingkat dan ada yang diedit.

SEKILAS MENGENAI BAHASA IBRANI DAN BAHASA ARAB

Bahasa Ibrani yang dipergunakan oleh orang-orang Yahudi dan bahasa Arab yang dipergunakan oleh orang-orang Arab merupakan bahasa Semit. Bahasa Semit atau  Semitic Languages  adalah bahasa yang dipergunakan oleh orang-orang di wilayah Timur Tengah. Kata Semit berakar pada kata Sem. Kita tahu Sem merupakan salah satu putra Nuh (Kejadian 5:32; 10:21; 11:10 dan seterusnya). Yang termasuk dalam bahasa Semit/Semitic Languages  selain bahasa Ibrani dan bahasa Arab adalah juga bahasa Amori, Ugarit, Kanaan, serta bahasa Aram. 

Bahasa Aram dipakai di kerajaan Asyria, Babilonia dan Persia (bandingkan Ezra 4:7). Dapat dimengerti sebagian dari kitab Daniel dan sebagian dari kita Ezra ditulis dalam bahasa Aram. Pada masa Yesus, bahasa Aram merupakan bahasa umum di Palestina. Saat umat Israel dalam masa pembuangan, bahasa Ibrani sudah kurang dipergunakan. Mereka cenderung menggunakan bahasa Aram dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun Yesus dan murid-murid-Nya lebih banyak menggunakan bahasa Aram dengan dialek Galilea yang berbeda dengan dialek yang dipergunakan di Yerusalem (Markus 14:70; Kisah Para Rasul 2:7) namun bahasa Aram secara umum tetap dipakai dan dimengerti oleh orang-orang Yahudi saat itu. Bahasa Ibrani yang asli sudah jarang dipergunakan bahkan dapat dikatakan orang-orang Yahudi lebih banyak menggunakan bahasa Aram.

Dalam pelayanan pemberitaan firman Tuhan, Tuhan Yesus lebih banyak menggunakan bahasa Aram. Misalnya istilah “Talita Kum” di Markus 5:41; juga ucapan Yesus di kayu Salib, “Eloi, Eloi lama Sabakthani?” di Markus 15:34. Bahasa Aram yang dipakai Yesus merupakan bahasa sehari-hari orang Yahudi. Pada masa pembuangan orang Israel/Yahudi ke Babilonia, bahasa Ibrani tidak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahasa yang dipakai adalah bahasa Aram. Dalam bahasa Aram, istilah YHWH tidak dilafalkan/diucapkan. Penggunaan istilah YHWH hanya sebatas empat huruf mati saja. Dalam Perjanjian Baru sebutan YHWH sama sekali tidak dijumpai termasuk tulisan YHWH.

Beberapa ciri umum bahasa Semit antara lain :

  1. Dalam bahasa-bahasa Semit biasanya hanya huruf mati yang ditulis. Biasanya huruf hidup diperkirakan sendiri oleh pembaca. Misalnya, penutur bahasa Arab ataupaun bahasa Ibrani sudah tahu bahwa huruf mati NB’T  harus dibaca NuBu’aT bukan pe-NuBu’aT. Huruf hidup malah bisa mengalami banyak perubahan, sehingga misalnya seorang yang mengucapkan Nubuat bukan disebut peNubuat melainkan disebut NaBi’.Tetapi huruf mati tetap NB’(T).Cuma, ada orang yang mengalami kesulitan membaca huruf mati bahasa Semit tersebut, seperti misalnya umat Islam non Arab, orang Yahudi yang sudah tidak fasih bahasa Ibrani atau mahasiswa teologi Kristen yang belajar bahasa Ibrani. Mereka mengalami kesulitan untuk menambah sendiri huruf hidup pada saat membaca tulisan Ibrani ataupun Arab. Perjanjian Lama, tidak menjumpai huruf hidup dalam nats asli. Huruf hidup baru ditambahkan pada abat VII/VIII Masehi oleh para ahli hukum Taurat Yahudi, yang disebutkan juga sebagai kaum Masoret. (Ahli-ahli Masoretic adalah ahli-ahli yang terdiri dari orang-orang Yahudi yang berusaha kembali menyusun Kitab Suci bahasa Ibrani yakni kitab Perjanjian Lama).
  2. Tulisan bahasa-bahasa Semit (dan juga bahasa Yunani pada zaman Perjanjian Baru) tidak membedakan huruf kecil dan huruf besar. Jadi, kalau dalam terjemahan Indonesia kita membedakan antara ‘Allah’ dan ‘allah’, antara ‘roh’ dan ‘Roh’, pembedaan itu justru tidak nampak dalam nats asli berbahasa Ibrani, Aram, Yunani (ataupun Arab).

ISTILAH : EL dan ELOHIM

Istilah El yang berkaitan dengan nama Allah di dalam Kitab Suci disebut sekitar 250 kali. Kita mengenal istilah El-Shaddai yang dimengerti sebagai Allah yang maha kuasa atau El-Roi yang berarti Allah yang melihat saya atau El-Elyon yang berarti Allah yang maha tinggi.

Penggunaan istilah El dalam Kitab Suci khususnya di kitab Perjanjian Lama perlu ditelusuri. Apakah orang-orang di Perjanjian Lama khususnya umat Israel telah menggunakan istilah El yang ditujukan kepada Allah mereka? Apakah istilah tersebut murni bersumber dari umat Israel? Atau dari nenek moyang umat Israel?

Istilah El ternyata telah dipakai oleh penduduk Kanaan sebelum umat Israel masuk dan tinggal di Kanaan. Oleh orang-orang Kanaan, El berarti sesuatu yang ilahi atau sebutan ilahi. Kita menemukan istilah El yang berarti sesuatu yang ilahi di Hakim-hakim 9:46. Dikatakan warga kota Sikhem masuk ke dalam kuil El-Berit. Di Hakim-hakim 9:4 disebut Baal-Berit. Berarti istilah El diemngerti sebagai suatu ilah (Baal). Selanjutnya Yakub menggunakan istilah El atas penampakan Tuhan kepada dia di Betel. Yakub menamakan tempat tersebut El-Betel (Kejadian 35:7). Peristiwa selanjutnya dapat dilihat pada perjumpaan Abraham dengan Melkisedek raja Salem, yang disebutnya imam Allah yang maha tinggi atau El-Elyon. (Kejadian 14:22). Istilah El-Elyon atau Allah yang maha tinggi digunakan juga di Mazmur misalnya Mazmur 78:35, 56; 83:19. El-Elyon jelas disebut sebagai Allah Israel yang dinyatakan kepada Musa dan dikenal sebagai Allah satu-satunya yang melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib (bandingkan dengan Mazmur 78:4, 12-16).

Dengan demikian istilah El telah dipergunakan untuk ilah-ilah yang disembah oleh penduduk Kanaan. Di sisi lain istilah El juga dipakai oleh nenek moyang umat Israel dan pemazmur yang ditujukan kepada Allah satu-satunya yang menguasai langit dan bumi. Allah satu-satunya yang harus disembah dan ditaati oleh umat Israel.

Penyelidikan kita lebih lanjut berkaitan dengan penduduk Kanaan yang telah mengenal istilah El. Bagaimana sebenarnya asal-usul istilah El tersebut? Jawabannya terletak pada kata El yang dipergunakan di bahasa Semit. Dalam rumpun bahasa-bahasa Semit tersebut, istilah El bersumber dari kata ‘ilyang berarti ilah atau dewa. Dalam bahasa Arab disebut ila. Dalam bahasa Semit lama disebut ilu.

Istilah ilu/ilatau El bukan saja berkaitan dengan sesuatu yang ilahi tetapi berhubungan juga dengan nama utama ilah. Pada tahun 1929 diketemukan tulisan Ugarit yang menggunakan istilah ilyang berkaitan dengan ilahnya orang Kanaan. Ilah atau dewa Kanaan tersebut dinamai il. Dewa ilini juga merupakan ilah yang utama di wilayah Mesopotamia (berarti Abraham telah mengenal istilah iltersebut). Istilah ilini di kemudian hari berubah menjadi El.

Dalam bahasa Amori, istilah ildibunyikan/dilafalkan ilayang kemudian disuarakan ilah. Salah satu istilah il dalam bahasa Amori dikaitkan dengan istilah sumu. Istilahsumu berarti satu nama/nama itu, atauSumuhuyang artinya nama dia/namanya. Istilah sumu/sumuhu acapkali dihubungkan dengan nama ilah. Misalnya istilah sumula-il/sumuhula-il yang artinya ilah pribadi dia adalah benar-benar il. Istilah sumula-il/sumu-ilmemiliki bentuk yang sama dalam bahasa Ibrani yakni Shemu’el  atau Simu’el.Dari contoh ini tampak kemiripan istilah ildan El.

Dalam Kitab Suci, istilah El di Perjanjian Lama perlu dibedakan dengan istilah El yang telah dipahami oleh bangsa-bangsa di luar umat Israel. Dengan kata lain, istilah El yang dikenal sebagai sebutan ilah atau dewa harus dibedakan dengan sebutan El yang berkaitan dengan Allah yang disembah oleh umat Israel. Bagi umat Israel,  istilah El merupakan sebutan utama Allah yang mereka sembah. Misalnya dalam pernyataan Bileam, istilah El sejajar dengan Yahweh (Bilangan 23:8), sejajar dengan istilah El-Shaddai atau Allah yang maha kuasa (Bilangan 24:4) dan pernyataan El sebagai Allah yang kontras dengan manusia (Bilangan 23:19).

Selanjutnya istilah El perlu dibedakan dengan istilah El yang dipergunakan dlam komunitas sehari-hari. Artinya istilah El apabila dikaitkan dengan nama utama Allah istilah El tersebut harus dibedakan dengan istilah El yang dipergunakan untuk menunjuk kepada berhala atau ilah (Mazmur 95:3; 96:5). Istilah El juga dipakai untuk menunjuka manusia (Keluaran 7:1). Musa diangkat sebagai Allah. Istilah “Allah” menjelaskan bahwa Yahweh memberi kuasa yang dahsyat kepada Musa sehingga Firaun mau tunduk kepadanya. Itu sebabnya istilah El yang menunjuk kepada Allah/Yahweh perlu dibedakan dengan istilah El yang dapat dipergunakan oleh manusia. Harus ada kekontrasan antara El yang ditujukan ke Allah dan El yang ditujukan ke manusia (Bilangan 23:19). Istilah El yang lain berkaitan dengan penguasa/tuan (Keluaran 21:6; 22:8-10).

Berpijak pada penggunaan istilah El yang beragam, istilah El yang dikaitkan dengan nama utama Allah perlu pemahaman yang benar. Penggunaan istilah El yang dimaksud sebgai nama utama Allah atau nama Allah umat Israel perlu dihayati oleh yang memakainya. Tidak bercampur dengan istilah El yang dipakai pada bangsa-bangsa non Israel maupun yang dipakai dalam komunitas sehari-hari pada masa itu di wilayah sekitar Timur Tengah.

KESIMPULAN PEMAHAHAMAN EL

  1. Istilah El yang dipergunakan di Kitab Perjanjian Lama sudah dipakai oleh bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa non Israel di wilayah Timur Tengah.
  2. Bagi umat Israel dan bapak-bapak leluhur mereka, istilah El dipahami sebagai Allah umat Israel (Yahweh) yang berbeda dengan El atau ilah bangsa-bangsa atau suku-suku bangsa non Israel.
  3. Dalam kaitan pemberitaan tentang Allah umat Israel (Yahweh) yang adalah Allah yang maha kuasa, Allah yang maha tinggi dan Allah yang lebih dari ilah-ilah bangsa non-Israel, istilah El untuk Allah secara umum, dapat dipergunakan. Kitab Ayub memuat penggunaan istilah El/Eloah dan bukan nama Yahweh dalam percakapan dengan teman-temannya yang non-Israel. Tujuannya agar individu-individu yang tak memahami nama Yahweh mampu berdialog dengan menggunakan istilah El karena mereka lebih paham istilah El daripada Yahweh. Dengan kata lain untuk memberi kesaksian tentang Allah yang maha kuasa yaitu Allah Israel, pemberi kesaksian dapat menggunakan istilah Allah yang sudah umum yaitu El yang lebih dikenal para pendengarnya.
  4. Dalam masa sesudah pembuangan, umat Israel menjadi tidak terbiasa menggunakan nama Yahweh. Nama YHWH dipandang amat suci untuk dilafalkan. Banyak umat Israel yang sudah tidak paham bagaimana cara melafalkan atau membunyikan nama YHWH akibat kondisi diaspora. Mereka takut salah mengucapkannya. Itu sebabnya istilah Adonai dan Elohim dipergunakan untuk menyatakan Tuhan-nya umat Israel (Yahweh). Umat Israel cenderung tidak menggunakan nama Yahweh dalam masa sesudah pembuangan terlebih saat memasuki era kekuasaan Yunani.
  5. Istilah El yang berkaitan dengan hal-hal yang ilahi merupakan sitilah yang umum dipakai. Guna membedakan istilah El yang menunjuka Allah umat Israel (Yahweh_ dengan istilah El bangsa-bangsa non-Israel, istilah El dihubungkan dengan kata keterangan yang menunjukkan kualifikasi atau sifat, misalnya El-Shaddai, El-Elyon, El-Roi, dan seterusnya. Hubungan dengan kata keterangan tersebut lebih memperjelas keberadaan Allah umat Israel (Yahweh) yang melebihi ilah bangsa lain.

Sebutan Allah berikutnya adalah Elohim. Penggunaan istilah Elohim cukup banyak di Kitab Suci – sejumlah 2.770 kali. Kata Elohim berbentuk jamak. Bentuk tunggalnya disebut Eloah. Apabila kata Elohim dipakai, kata kerja yang mengikuti dapat berbentuk tunggal atau jamak tergantung dari makna yang terkait. 

Elohim yang bersifat jamak, apabila dipakai berkaitan dengan Allah umat Israel, kata kerja yang dipergunakan bersifat tunggal. Elohim tidak berarti Allah berjumlah lebih dari satu. Allah orang Israel bukan bersifat banyak Allah seperti para dewa-dewi bangsa-bangsa non Israel. Pertanyaannya, mengapa dipergunakan istilah Elohim yang jamak? Para ahli berbeda pendapat untuk masalah pluralistis istilah Elohim. Namun terdapat beberapa petunjuk di Kitab Suci yang dapat dipakai sebagai pembanding. Dalam kitab Yunus terdapat istilah in gedholah le’lohim  yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “kota yang mengagumkan besarnya” (Yunus 3:3). Kata Elohim di ayat tersebut mengandung arti “mengagumkan besarnya”. Kota Niniwe yang dimaksud adalah sebuah kota/satu kota. Tidak dua atau tiga kota Niniwe sekalipun dipakai kata Elohim yang bersifat jamak. Memang kata Elohim tidak terbatas hanya dipakai untuk hal-hal ilahi saja.

Selanjutnya istilah “hikmat daripada Allah” dalam 1 Raja-raja 3:28 yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani, Chokhmath ‘elohim sebenarnya mengandung arti exceedingly great wisdomatau “hikmat yang amat hebat/dahsyat”. Kata Elohim dalam kaitan hikmat menunjukan pada kehebatan hikmat tersebut.

Dari contoh-contoh tersebut di atas istilah Elohim berarti hebat/dahsyat/amat besar. Dari perbandingan tersebut dapat dikatakan istilah Elohim yang berkaitan dengan Allah orang Israel mengandung arti Allah yang maha dahsyat, maha hebat, maha besar. Jadi bukan berkaitan dengan jamaknya Allah. Atau adanya Allah yang lebih dari satu. Namun berkaitan dengan intensifikasi atau penekanan yang lebih kuat. Dengan demikian Elohim menunjuk pada Allah yang esa yang maha dahsyat!

Dalam kaitan dengan trinitas, Allah yang tunggal bermanifestasi dalam Bapa, Putra dan Roh Kudus, istilah Elohim menjadi pas.

ASAL KATA ELOHIM

Kata Elohim telah dipakai oleh orang-orang berbahasa Semit di bagian Barat (Western Semite).Dalam bahasa Ugarit, Elohim berakar pada kata Elh (bentuk tunggal) dan bentuk jamak, Elhm (sekalipun bentuk jamak ini jarang dijumpai). Dari bentuk jamak Elm, sebutan Elohim diperkirakan dipakai. Perlu dimengerti bahwa sebutan Elohim sudah dipergunakan oleh bangsa-bangsa non Israel atau bangsa-bangsa di sekeliling umat Israel.

Akar kata El yang berkaitan dengan Elohim maupun Eloah tampak jelas dalam hubungan istilah-istilah tersebut yang dapat dipergunakan saling bergantian. Contoh-contoh berikut ini memperlihatkan hubungan tersebut.

Mazmur 89:7, istilah “penghuni sorgawi” sebenarnya yang dimaksud adalah “anak-anak Allah” (dalam bahasa Ibrani, bene’elim).Bentuk “anak-anak allah” sama dengan di Kejadian 6:2; Ayub 1:6; 2:1, dan seterusnya, hanya penulisan dalam bahasa Ibrani adalah bene’elohim. Jadi istilah El dan Elohim dipakai bergantian yang artinya sama. Selanjutnya di Mazmur 18:32 dikatakan “siapakah Allah selain dari Tuhan” – kata Allah yang dipakai adalah Eloah sedangkan Tuhan adalah Yahweh. Ayat ini sejajar dengan 2 Samuel 22:32 – hanya di sini dipakai kata El untuk Allah. Dua istilah yakni Eloah dan El dipergunakan saling bergantian dengan maksud yang sama. Di dalam kitab Ayub, istilah Allah yang dipergunakan adalah sebagai berikut : kata Eloah dipergunakan sejumlah 41 kali, istilah El dipakai sebanyak 55 kali, kata Elohim sejumlah 4 kali.

Melalui pengamatan sekilas tersebut di atas kita melihat istilah Elohim di satu tempat dapat dipergunakan istilah El sedangkan di tempat lain dapat dipakai istilah Eloah. Dari hubungan istilah-istilah tersebut satu sama lain, istilah El, Elohim dan Eloah berkaitan. Berarti istilah Elohim dan Eloah dapat dikatakan berakar pada istilah El yang telah umum dipergunakan oleh kalangan umat Semit.

PENGGUNAAN ISTILAH ELOHIM

Penggunaan istilah Elohim tidak hanya sekedar penekanan terhadap nama Allah. Dengan kata lain, umat Israel tidak hanya sekedar diperintahkan menyebutkan Allah sebagai Elohim. Namun sebutan Elohim dalam penggunaannya memiliki beberapa makna. Nama Elohim yang maknanya dapat dipahami akan membawa seseorang mengerti sebutan Allah yang dinyatakannya. Mengapa perlu mengerti? Karena sebutan Allah atau Elohim juga telah dipergunakan oleh bangsa-bangsa di sekitar umat Israel. Istilah Elohim bukanlah monopoli milik umat Israel. Dengan demikian saat seseorang menyebut Elohim dia harus mengerti Elohim yang mana? Elohim orang-orang Mesir? Ataukah Elohim orang-orang Amori? Atau Filistin? Guna membedakan Elohim yang mana, Kitab Suci menyuguhkan pernyataan-pernyataan yang mengandung makna yang perlu dimengerti agar saat menyebut Elohim, seseorang dapat menghayatinya dan Elohim mana yang dimaksud.

Pelbagai makna dalam kaitan penggunaan sebutan Elohim adalah sebagai berikut :

  1. Kitab Suci mengakui adanya Elohim bangsa Mesir tapi Elohim orang Israel jauh lebih berkuasa atas Elohim atau ilah-ilah bangsa Mesir (Keluaran 12:12). Umumnya setiap bangsa memiliki Elohim sendiri (Mikha 4:5).
  2. Umat Israel diperintahkan jangan menyembah Elohim orang Amori (Hakim-hakim 6:10). Bukannya taat kepada Allah/Elohim malah sebaliknya umat Israel menyembah Elohim orang Aram (Syria), Sidon, Moab, Amon dan Filistin (Hakim-hakim 10:6), sehingga menimbulkan murka Elohim (Hakim –hakim 10:7).
  3. Salah satu dari 10 hukum Taurat menyatakan “jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Keluaran 20:3). Elohim orang Israel memerintahkan umat Israel untuk menyembah Elohim orang Israel saja. Semua Elohim yang bukan Elohim orang Israel harus ditolak dan tidak disembah. Tindak lanjut hukum ini tampak pada pernyataan-pernyataan berikut – dapat dibaca di Ulangan 6:14; 13:6-8; 29:16-18. Dari pernyataan hukum Taurat tersebut, umat Israel diperintahkan agar tidak menyembah kepada ilah bangsa-bangsa lain (Umat Israel ternyata jatuh ke dalam penyembahan ilah bangsa lain – Hakim-hakim 2:12). Kitab Suci menyatakan bahwa di sekeliling umat Israel terdapat bangsa-bangsa lain yang telah memiliki dewa-dewi sendiri atau menyembah Elohim mereka. Elohim umat Israel sudah menyatakan bahwa para Elohim bangsa lain tersebut tidak boleh disembah. Berarti istilah/sebutan Elohim yang dipergunakan bangsa-bangsa lain sudah ada. Elohim orang Siria, Elohim orang Sidon, Elohim orang Moab, dan seterusnya, tidak sama dengan Elohim Israel.
  4. Elohim umat Israel terikat dalam satu perjanjian (covenant). Perjanjian (covenant)antara Elohim dan umat Israel. Ikatan tersebut dihasilkan dari pernyataan Elohim yang spesifik terhadap umat Israel dan pernyataan umat Israel terhadap Elohim. Pernyataan-pernyataan spesifik tersebut adalah dalam bentuk ungkapan seperti, “Tuhan Allahmu” (Ulangan 4:30-34); “Allah mereka” (Yehezkiel 37:27); “Allahmu dan umat-Ku” (Imamat 26:12). Perjanjian tersebut sebenarnya telah diikat antara Allah (Elohim) dengan Abraham (Kejadian 17:7). Dalam Perjanjian tersebut Allah menganugerahkan negeri atau tanah ke umat Israel (Kejadian 17:8). Makna pernyataan “Allahmu”,  “umat-Ku” memberi pengertian adanya suatu ikatan yang amat erat antara Allah/Elohim dengan umat Israel. Ikatan tersebut menghasilkan Allah yang akan selalu bertindak menolong umat-Nya dalam segala corak dan tantangan kehidupan mereka. Sebaliknya umat-Nya wajib menghormati, menaati dan menyembah Allah/Elohim saja (bandingkan Ulangan 6:2,5).
  5. Makna Elohim yang perlu dihayati agar umat-Nya mampu membedakan dengan Elohim bangsa lain, sebutan Elohim umat Israel dikaitkan dengan nama para nenek moyang umat Israel. Pernyataan Kitab Suci menyebut “Allah Abraham” (Kejadian 24:27 – Allah tuanku Abraham berarti Allah yang disembah Abraham beda dengan Allah lain). Pernyataan yang sama dijumpai dalam Kejadian 31:42. Pernyataan berikutnya disebutkan “Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak”  (Kejadian 32:9), dapat dibandingkan dengan Kejadian 28:13. Pernyataan selanjutnya adalah “Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub” (Keluaran 3:6). Abraham, Ishak dan Yakub sebenarnya adalah keturunan Sem (Kejadian 9:26) di mana Allah Sem beda dengan Allah lain. Kita juga mendapatkan sebutan “Tuhan, Allah Elia” (2 Raja-raja 2:14) dan juga sebutan “Tuhan, Allah Daud” (2 Raja-raja 20:5). Kaitan nama para leluhur tersebut dimaksudkan untuk mengingatkan umat Israel agar tetap konsisten dengan penyembahan pada \Elohim umat Israel/Elohim para leluhur yang amat berbeda dengan Elohim bangsa-bangsa non Israel. Di samping itu umat Israel juga diingatkan agar tidak berubah hati dan pikiran terhadap Elohim para leluhur lalu menyembah para Elohim lain. Jelas tampak bagaimana Kitab Suci menjaga umat-Nya agar jangan keliru menyembah kepada yang harus disembah. Sekalipun istilah Elohim sama tapi Elohim para leluhur dan Elohim Israel/Allah Israel (2Samuel 23:3) berbeda dengan para Elohim bangsa lain.
  6. Elohim yang berkaitan dengan persekutuan pribadi dengan umat-Nya bahkan menjadi milik pribadi umat-Nya. Misalnya pernyataan “Tuhan Allahku” (Bilangan 22:18; 2 Samuel 24:24) di mana menyiratkan hubungan dengan Elohim yang erat. Istilah “Allahku” memiliki maksud Elohim menjadi milik orang yang percya pada Elohim. Selanjutnya pengakuan Rut kepada Naomi, “janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau : sebab ke mana engkau pergi, ke situ jgualah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam : bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (Rut 1:16). Pernyataan pengakuan Rut “Allahmulah Allahku” memberi arti Elohim yang dipercaya Naomi kini dipercayai juga oleh Rut. Bahkan lebih dari sekedar percaya – Elohim yang dimiliki Naomi kini juga dimiliki Rut. Suatu gambaran hubungan antara seseorang dengan Elohim yang amat erat dan menjadi milik pribadi. Kita tahu Rut adalah seorang Moab. Iparnya yang bernama Orpa telah pulang kembali ke kampung halamannya. Orpa menyembah kembali ilah orang Moab atau Elohim orang Moab. Rut bukan merupakan orang yang percaya sesaat! Rut percaya Elohim-nya Naomi sampai mati. Elohim-nya Naomi menjadi Elohim-nya Rut. Apa yang memotivasi Rut untuk meninggalkan Elohim orang Moab dan percaya Elohim-nya Naomi? Tampak jelas tidak ada seorang pun yang mendorong Rut atau memerintahkan Rut. Naomi justru meminta Rut untuk pulang ke Moab. Di sini kita belajar satu hal penting ! Mempercayai Tuhan yang dikenal sebagai Elohim orang Israel, Elohim Abraham, Elohim Ishak dan Elohim Yakub bukanlah merupakan suatu paksaan seseorang. Bukan juga berasal dari perintah seseorang. Tapi percaya timbul dari mendengar kebenaran Tuhan.
  7. Elohim tidak sama dengan Elohim bangsa-bangsa non Israel. Pernyataan Kitab Suci selalu menegasikan bahwa Elohim orang Israel jauh leibih mulia, agung, berkuasa dibandingkan dengan Elohim bangsa-bangsa non Israel. Pernyataan seperti, :”Siapakah yang sperti Engkau di antara para allah ya Tuhan…” (Keluaran 15:11). Selanjutnya di Kitab Mazmur kita baca, :sebab siapakah di awan-awan yang sejajar dengan Tuhan, yang sama seperti Tuhan di antara penghuni sorgawai?” (Mazmur 89:7). Pernyataan dalam Kitab Musa juga menekankan Elohim orang Israel jauh lebih kuat dan pekasa daripada Elohim bangsa-bangsa lain (Ulangan 3:24). Yang jelas tidak ada ilah-ilah lain yang menyamai Allah orang  Israel (2 Samuel 7:22). Kita juga membaca pernyataan bahwa  Elohim orang Israel lebih berkuasa daripada segala macam ilah dan tuhan (Ulangan 10:17). Elohim yang memiliki seluruh isi dunia (Ulangan 10:4). Elohim yang lebih berkuasa dari segala ilah dan yang memiliki isi dunia adalah Elohim yang telah memilih umat Israel dari bangsa-bangsa lain menjadi umat Elohim (Ulangan 10:15). Itulah sebabnya umat Tuhan dilarang membuat ilah atau berhala dari emas atau perak (Keluaran 20:23). Apabila umat-Nya membuat berhala dan menyembahnya, umta-Nya berdosa di hadapan Elohim (Keluaran 32:31). Nabi Yeremia menyatakan berhala atau patung buatan manusia bukan Elohim (Yeremia 16:20). 

KESIMPULAN PEMAHAMAN ELOHIM

  1. Setiap bangsa memiliki Elohim sendiri namun Elohim yang disembah umat Israel tidak sama dengan Elohim yang disembah bangsa-bangsa non-Israel. Sekalipun istilah yang dipergunakan sama yaitu Elohim tapi Elohim umat Israel jauh lebih berkuasa dari Elohim bangsa-bangsa non-Israel. Terbukti dari istilah yang dipergunakan Kitab Suci yakni Yahweh Elohim. Nama Yahweh yang kependekannya YHWH adalah nama pribadi Tuhan yang diberikan kepada umat Israel melalui Musa. Istilah YHWH merupakan sebutan khusu, spesifik dan istimewa untuk Tuhan yang tidak bersumber dari bangsa-bangsa non-Israel. Sebab itu sebutan Elohim atau Allah secara umum harus dimengerti bahwa sekalipun dipakai secara umum namun Elohim/Allah yang dimaksud bukanlah dewa-dewi orang-orang kafir/non-Israel. Yang dimaksud Elohim/Allah umat Israel menunjuk kepada Yahweh. Untuk membedakan dengan Elohim lain, Elohim umat Israel dikaitkan dengan nama nenek moyang Israel dengan sebutan Elohim Abraham, Elohim Ishak, Elohim Yakub.
  2. Elohim bersifat jamak. Namun tidak boleh dimengerti sebagai Allah itu lebih dari satu. Bagi umat Israel, Elohim hanya satu, Esa, Tunggal. Lalu mengapa istilah Elohim yang bersifat jamak dipakai? Untuk menunjukkan intensitas. Artinya, Elohim/Allah adalah Elohim yang maha kuasa, maha agung, maha dahsyat, dan seterusnya.
  3. Elohim Umat Israel berkaitan erat dengan pribadi yang menyembah-Nya. Pernyataan-pernyataan Allah-ku/Elohim-ku; Allah-mu/Elohim-mu menunjukkan hubungan pribadi yang amat erat dengan Elohim/Allah. Hubungan erat yang mengandung arti Elohim/Allah adalah milik pribadi orang yang percaya dan menyembah-Nya.
  4. Umat yang percaya dan menyembah kepada Elohim umat Israel yang lebih berkuasa daripada para Elohim lain, firman Elohim/Allah memerintahkan umat-Nya untuk itidak menyembah kepada para Elohim lain, baik Elohim bangsa tertentu non-Israel, ataupaun Elohim buatan tangan manusia yang berbentuk patung-patung. Umat-Nya wajib menyembah hanya satu-satunya Elohim yakni Elohim Abraham, Elohim Ishak, Elohim Yakub.
  5. Elohim umat Israel adalah Elohim yang terikat dengan janji atau dikenal dalam bahasa Inggris, covenant. Ikatan janji dengan umat-Nya melalui bapak-bapak leluhur umat Israel khususnya ikatan janji dengan Abraham. Elohim tidak akan mengingkari atau membatalkan ikatan janji trsebut. Muatan janji tersebut antara lain berkaitan dengan berkat, pertolongan, kemenagnan, menjadi saluran berkat bagi bangsa-bangsa lain, menjadi saksi yang memberitakan kemuliaan Elohim kepada bangsa-bangsa lain.
  6. Percaya kepada Elohim tidak dihasilkan karena pemaksaan kehenda seseorang. Bukan karena diperintahkan untuk  percaya. Tapi timbul dari gerakan hati seseorang seperti yang dialami oleh Rut.

ISTILAH : YHWH

Nama Allah berikutnya adalah YHWH. Istilah YHWH terdiri dari empat huruf mati. YHWH yang terdiri dari empat huruf ini disebut dalam bahasa Yunani “Tetragrammaton”. Nama tersebut merupakan nama pribadi Allah yang paling banyak dipergunakan di Kitab Suci. Jumlah pemakaian sekitar 6800 kali.

Menyebutkan nama YHWH secara tepat, merupakan kesulitan bagi umat Israel. Kesulitannya disebabkan pada saat umat Israeil diangkut ke Babilonia sebagai tawanan, umat Israel tidak berani melafalkan nama YHWH. Mereka takut keliru. YHWH lebih banyak dituliskan daripada dibunyikan.

Setelah sejumlah umat Israel diperkenankan pulang kembali ke tanah airnya, mereka membangun kembali Bait Suci di Yerusalem. Pembangunan di bawah pimpinan Ezra dan Nehemia.

Saat Bait Suci sudah dibangun kembali untuk kedua kalinya, semestinya umat Israel mulai dapat menyembah dan menyebut nama YHWH. Namun mereka takut menyebutkannya. Nama YHWH bagi umat Israel merupakan nama yang amat suci. Mereka ingat pesan Musa agar tidak menyebut YHWH dengan sia-sia (Keluaran 20:7). Dengan sia-sia artinya menyebut asal-asalan saja atau menyebutnya tanpa menghayati siapa YHWH. Apalagi kalau mereka keliru membunyikan nama YHWH, mereka amat takut resiko yang berupa hukuman Tuhan. Dengan demikian nama YHWH menjadi sulit dilafalkan.

Secara turun-temurun nama YHWH hanya ditulis saja. Cara melafalkan dengan benar menjadi hilang. Mula-mula tinggal sejumlah kecil ahli Taurat yang mampu melafalkannya. Namun ahli-ahli inipun lenyap termakan usia dan kematian. Akibatnya nama YHWH tidak dapat dibunyikan hanya ditulis saja.

Lalu darimana istilah yang kini dikenal yaitu Yehovah/Yehova dan Yahweh/Yahwe? Mana yang benar antara kedua istilah tersebut? Nah, sebelum kita tiba pada istilah Yehovah atau Yahweh, mari kita menelusuri sejenak asal-usul istilah YHWH tersebut.

ASAL-USUL ISTILAH YHWH

Mempelajari asal-usul istilah YHWH, kita perlu menggalinya dari sumber Kita Suci. Memang istilah yang mirip YHWH dijumpai juga dari sumber lain. Namun kita tetap memfokuskan pada sumber Kitab Suci. Karena dari sumber Kitab Suci yang adalah firman Allah, Musa dan umat Israel mengenal Allah yang bernama YHWH. Nama YHWH adalah berasal dari bahasa Ibrani. Tuhan menyatakan diri kepada umat Israel melalui bahasa Ibrani. Namun bahasa Ibrani merupakan salah satu rumpun dari bahasa Semit. Dan kita tahu bahwa nenek moyang umat Israel adalah Abraham. Dari Abraham lahir Ishak (termasuk Ismael) dan dari Ishak lahir Yakub (dan Esau). Dalam pergumulan Yakub dengan malaikat Tuhan yang dimenangkan Yakub, nama Yakub kemudian berubah menjadi Israel (Kejadian 32:28).

Kitab Suci menyatakan bahwa Abraham bersal dari Ur-Kasdim (Kejadian 11:31). Kota Ur-Kasdim terletak di Mesopotamia. Istilah YHWH di Mesopotamia pada masa kejayaan Asyria telah muncul dalam kaitan dengan nama pembesar istana termasuk nama raja. Nama pembesar dan raja pada masa tersebut tidak jarang dikaitkan dengan nama ilahi atau nama ilah mereka. Abraham yang berasal dariu Mesopotamia paling tidak mengenal istilah YHWH tersebut. Pengaruh ilah-ilah di Mesopotamia kemungkinan besar juga masuk di wilayah-wilayah sekitarnya.

Di Mesir juga diketemukan istilah YHW di kertas kuno yang namanya papirus. Di samping istilah YHW juga istilah lain yang mirip yakni istilah YHH. Istilah YHW sendiri juga ditemukan di kuil Elephantine (Elephantine terletak di dekat sungai Nil, Mesir. Memang pada masa kejayaan kerajaan Persia terdapat satu koloni Yahudi di Elepahantine. Apakah istilah YHW tersebut sudah diperkenalkan oleh orang-orang Yahudi atau istilah tersebut sudah menjadi istilah umum bagi bangsa-bangsa di sekitar Timur Tengah pada masa itu tidak diketahui secara pasti. Pertanyaannya, dari mana asal istilah YHWH atau yang mirip YHWH yang sudah dijumpai di Mesopotamia dan sekitarnya?

Apabila kita sejenak menengok latar belakang sebelum masa Abraham, kita memperoleh uraian silsilah keturunan Sem, Ham dan Yafet, putra-putra Nuh sebagaimana tercatat dalam kita Kejadian 10. Seseorang yang dikenal sebagai orang gagah perkasa yakni Nimrod yang telah mendirikan kerajaan di tanah Sinear (Kejadian 10:10). Tanah Sinear adalah Babilonia (Daniel 1:1,2). Babilonia merupakan wilayah yang terletak di Mesopotamia. Berarti sebelum Abraham lahir, keturunan putra-putra Nuh khususnya Nimrod sudah menguasai wilayah Mesopotamia. Nimrod adalah keturunan Kusy, anak Ham (Kejadian 10:6-9). Selain dari Kusy, Ham juga mempunyai anak bernama Kanaan yang mendapat kutukan dari Nuh (Kejadian 9:18-27). Sekalipun Kanaan menanggung kutukan, paling tidak nama Allah yaitu YHWH yang disembah Nuh pernah didengar oleh Ham dan dituliskan secara turun-temurun.

Kemungkinan Nimrod tidak menyembah YHWH  yang disembah Nuh. Saat itu kejahatan manusia bertambah-tambah yang mengakibatkan jatuhnya hukuman Tuhan (Kejadian 6:5-7). Dalam Kejadian 6:2 dijumpai istilah “anak-anak allah” atau anak-anak Elohim”. Istilah “anak-anak Elohim” ini cenderung bukan malaikat. Yesus sendiri menjelaskan bahwa malaikat tidak menikah (Matius 22:30). Kalau istilah “anak-anak allah/Elohim” bukan malaikat lalu siapa yang dimaksud? Kita sudah belajar mengenai istilah Elohim. Di Mazmur 86:8 kita mendapatkan istilah “para allah” atau Elohim jelas yang dimaksud adalah ilah-ilah. Oleh sebab itu sangat dimungkinkan pengertian istilah “anak-anak allah” di Kejadian 6:2 berkaitan dengan orang-orang yang menyembah ilah-ilah. Perkawinan “anak-anak Elohim” atau anak orang-orang penyembah ilah /berhala dengan anak perempuan melahirkan orang-orang yang gagah perkasa (Kejadian 6:4). Atau disebut juga “orang-orang raksasa”. Istilah “orang-orang raksasa” muncul kembali di kitab Bilangan 13:32-33. Dalam bahasa Ibrani istilah “orang raksasa” adalah Nephil  yang bersumber dari kata kerja Naphalartinya to fall  atau “jatuh”. Kata “jatuh” berkaitan dengan jatuh ke dalam kejahatan. Berarti “anak-anak allah” adalah orang-orang yang menyembah ilah-ilah dan mereka yang sudah jatuh ke dalam perbuatan kejahatan. Orang-orang ini tinggi perawakannya sehingga disebut raksasa dan gagah perkasa. Bukti mereka adalah penyembah ilah yang bukan YHWH dapat ditelusuri melalui pengamatan dua belas pengintai yang dikirim Musa. Sepuluh pengintai dari dua belas pengintai memberi laporan ke Musa bahwa raksasa-raksasa yang dilihat mereka amat mengerikan. Sulit bahkan tak mungkin umat Israel mengalahkannya. Tapi Kaleb percaya umat-Nya mampu mengalahkan raksasa-raksasa tersebut (Bilangan 13:30). Pernyataan Kaleb didasarkan akan imannya kepada YHWH yang jauh lebih berkuasa daripada Elohim bangsa-bangsa non-Israel. Berarti raksasa-raksasa tersebut marupakan orang-orang yang tidak menyembah YHWH. Mereka menyembah ilah-ilah.

Analogi tersebut dapat dipergunakan untuk Abram. Kita sering mendengar melalui pemberitaan firman Tuhan bahwa Abram menerima panggilan Tuhan untuk keluar dari tempat tinggalnya, Ur, Mesopotamia dan pindah ke tanah yang dianugerahkan Tuhan. Pertanyaannya, bagaimana Abram mengenal Tuhan? Kalau Abram tidak pernah mendengar sama sekali mengenai Tuhan (Yahweh) tentunya Abram  akan mempertimbangkan perintah Tuhan tersebut. Abram pasti akan berpikir siapa Tuhan yang meminta dia dan keluarganya pndah! Pertimbangan tersebut membawa kita pada pemahaman bahwa tentunya Abram pernah mendengar nama Tuhan atau Yahweh. Darimana Abram mengenal nama Yahweh?

Memperhatikan silsilah keturunan Sem sebgaimana tercantum dalam Kitab Kejadian 11:10-26, kita memperoleh keterangan bahwa Abram adalah keturunan Sem. Sem adalah putra Nuh. Tentunya dari Nuh ajaran firman Tuhan dan nama serta keberadan Yahweh disampaikan ke putra-putranya. Selanjutnya nama Yahweh diajarkan dari generasi ke generasi. Tiba pada generasi Abram, ajaran firman Tuhan dan nama Yahweh dipelajari baik oleh Abram, maupun oleh saudara-saudaranya, Nahor dan Haran. Keluarga Terah tinggal di Ur-Kasdim Mesopotamia (Kejadian 11:28). Di tengah penyembahan ilah-ilah di wilayah Mesopotamia, Tuhan (Yahweh) melihat Abram tetap setia menyembah Yahweh. Dapat dikatakan Abram memperoleh kasih karunia Tuhan sebagaimana yang juga dialami oleh Nuh. Oleh kasih karunia Tuhan. Abram menerima firman Tuhan yang memerintahkan Abram pindah dari Ur ke negeri yang akan diberikan oleh Tuhan (Kejadian 12:1). Dengan demikian sekalipun wilayah Mesopotamia dipenuhi oleh orang-orang yang menyembah ilah-ilah Mesopotamia, Abram dan keluarganya tetap percaya dan beribadah kepada Yahweh. Abram memiliki iman yang kokoh. Penulis surat Ibrani menyatakan, “Karena iman Abraham taat” (Ibrani 11:8). Ketaatan Abraham kepada Yahweh menyebabkan Abraham memperoleh berkat-berkat dari Yahweh.

Beberapa ahli kitab Perjanjian Lama menjelaskan bahwa nama YHWH sudah dikenal di Mesopotamia. Mungkin timbul pertanyaan dalam pikiran kita apakah nenek moyang umat Israel mengenal nama YHWH dari wilayah Mesopotamia yang dikenal sebagai Babilonia? Memang perlu diakui, nama YHWH sudah muncul di wilayah Mesopotamia. Tapi nama YHWH jelas dibawa oleh para nenek moyang umat Israel ke Mesopotamia. Kitab Suci menyatakan setelah selesai hukuman air bah pada masa Nuh, keturunan Nuh yaitu Sem, Ham, Yafet tersebar ke sejumlah wilayah (Kejadian 10 dan 11). Penyebaran mereka ke sejumlah wilayah tentunya disertai dengan penyebarab ajaran firman Tuhan dan nama Yahweh. Nama Yahweh dimungkinkan menyebar sampai ke Mesopotamia, Mesir, Arab, Kanaan dan wilayah-wilayah sekitar Timur Tengah.

Sekalipun nama Yahweh sudah dikenal oleh nenek moyang umat Israel namun tetap kita perlu menelusuri asal-usul sebutan YHWH yang menjadi sebutan khas umat Israel. Hal ini disebabkan pengungkapan nama Tuhan yakni Yahweh baru jelas pada periode Musa. Pengungkapan spesifik dan jelas belum diberikan kepada nenek moyang umat Israel (Keluaran 6:2). Mari kita perhatikan pengungkapan nama pribadi Tuhan kepada Musa.

Dalam kitab Keluaran 3:13, Musa bertanya “bagaimana nama Tuhan?” Terjemahan bahasa Indonesia menggunakan istilah “bagaimana”. Kedengarannya janggal. Bukankah sebenarnya akan lebih tepat bila pertanyaannya, “Siapakah nama Tuhan?” Agaknya terjemahan bahasa Indonesia berusaha menerjemahkan kata Ibrani mahyang dalam bahasa Inggris whatatau apa. Istilah Ibrani yang sama dengan bahasa Inggris, whoatau siapa adalah mi.Istilah Ibrani mahberkaitan bukan dengan identitas nama pribadi seseorang tapi dengan karakter, kualifikasi atau esensi seseorang.

Pertanyaan Musa yang berkaitan bukan dengan identitas nama pribadi Tuhan memberi asumsi bahwa nama pribadi Tuhan telah dikenal oleh Musa. Sejak masa awal kehidupan manusia, nama Yahweh sudah dikenal (misalnya Kejadian 2:4 diterjemahkan dengan Tuhan Allah atau Yahweh Elohim.

Istilah Yahweh (untuk sebutan Yahweh dari aslinya YHWH akan dijelaskan dalam uraian lebih lanjut berarti sudah dikenal sejak awal mula manusia. Memang Musa yang menulis kitab Kejadian dan kitab-kitab lain yakni Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan (yang disebut kitab Taurat Musa). Tentunya Musa dibantu oleh beberapa redaksionis lain. Tidak hanya melulu Musa yang menulis semua kitab Taurat karena misalnya di dalam Kitab Ulangan 34:5 dinyatakan Musa telah mati. Bagaimana Musa yang telah mati mampu menulis kitab Ulangan bagian akhir. Tentu bagian akhir tersebut dicatat dan ditulis oleh redaksionis lain. Memperhatikan penulis kitab Kejadian adalah Musa dan dalam kitab Kejadian 2:4 sudah dikenal istilah Yahweh maka hal ini dpat menimbulkan pertanyaan – apakah nama Yahweh sudah dipahami lebih dulu oleh Musa kemudian baru menuliskan nama tersebut dalam kitab Kejadian. Untuk menjawab argumen tersebut, di satu sisi memang masuk akal apabila nama Yahweh sudah dikenal oleh penulis kitab Kejadian. Namun di sisi lain kita juga perlu memahami bahwa Musa dan penulisan Kitab Suci memperoleh inspirasi dari Tuhan sendiri (bandingkan dengan pernyataan di 2 Petrus 1:20-21 dan 2 Timotius 3:16 – “segala tulisan yang diilhamkan Allah”).

Selanjutnya Kitab Suci juga menjelaskan bahwa orang tua Musa yang namanya Amran dan Yokhebed adalah orang Lewi (Keluaran 2:1; Bilangan 26:59). Orang Lewi berasal dari keturunan Lewi. Lewi adalah anak Yakub dan Lea (Kejadian 29:34). Yakub adalah seseorang yang mengenal Yahweh. Sesuai dengan perintah firman Tuhan, segala hukum Tuhan dan tentunya nama dan keberadaan Tuhan wajib diajarkan kepada anak-anak dan seisi keluarga (Ulangan 6:4-9). Jelas dalam kitab Ulangan 6:4 dinyatakan Yahweh itu Elohim kita satu-satunya atau Yahweh itu esa.

Firman Allah kepada Musa : “AKU ADALAH AKU”. Lagi firman-Nya : “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu : AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu” (Keluaran 3:14). Istilah “AKU ADALAH AKU” adalah terjemahan yang bahasa Ibraninya, “ehyeh ‘a’se ‘ehyeh. Kata ehyehberakar pada kata hyhatau hwh. Dari akar kata hyhyang dibunyikan hayah kita memperoleh kata yah.Kata yahyang berkaitan dengan Tuhan (atau yang ilahi – dalam bahasa Inggris divine)sering dipakai dengan nama pribadi seseorang. Misalnya, Hiski-yah, Yeremi-yah, Eli-yah dstnya. Berarti kata hyhyang dibunyikanyahsudah menjadi lafal umum.

Selanjutnya kata hwhdi mana huruf w dapat dibaca sebagai huruf u yang di kemudian hari dapat dibunyikan sebagaimana huruf o membawa kata hwhdibunyikan huhatau hoh.Akhiran huruf h dapat dihilangkan atau tidak dibunyikan sehingga bunyi huh menjadihudan bunyi  hoh menjadi ho.Kata yang berbunyi hoini juga dipergunakan bersama nama pribadi. Misalnya Yehonatan yang dipersingkat menjadi Yonatan, Yehoyakin yang disingkat menjadi Yoyakin, Maliyyahu menjadi Malkiyah dan seterusnya.

Kata Yahuatau Yah berkaitan pada kata Yhw.Sedangkan kata Yahu bersumber pada hwh. Dengan demikian kata hwh kata hyhmerupakan akar kata dari ‘ehyehsebagaimana dinyatakan dalam Keluaran 3:14. Amat dimungkinkan istilah YHWH bersumber dari akar kata hyh dan hwh.Karena dari dua akar kata hyhdan hwhdiperoleh istilah YHWH. Kata YHWH inilah yang menjadi nama pribadi Tuhan yang diperkenalkan Tuhan sendiri pada Musa. Sekalipun istilah YHWH sudah ditulis sejak awal kehidupan manusia – misalnya di Kejadian 2:4 ditulis Yahweh Elohim (diterjemahkan TUHAN Allah) namun bapak-bapak leluhur umat Israel masih menggunakan nama Allah bersama nama El dan Elohim.

Spesifikasi nama pribadi Allah barulah dipertegas pada masa umat Israel keluar dari Mesir. Musa menerima ketegasan nama pribadi Allah tersebut. Ketegasan yang dinyatakan Tuhan bukanlah semata-mata menjelaskan sebuah nama. Sebagaimana kata yang dipakai Musa dalam pertanyaannya kepada Tuhan yakni kata Ibrani ma (apa) bukan mi(siapa).

KESIMPULAN YHWH

  1. Nama Allah yang spesifik yakni YHWH diungkapkan kepada Musa. Sebelumnya nama Allah dikenal dengan sebutan El, Eloah, Elohim.
  2. Nama Allah terdiri dari empat huruf mati, YHWH karena bahasa Ibrani terdiri dari huruf-huruf mati.
  3. Sebutan asli YHWH sudah tidak diketahui secara pasti. Para ahli cenderung mempertimbangkan sebutan Yahweh.
  4. Nama Allah, YHWH dipertimbangkan berasal dari ungkapan pernyataan Allah kepada Musa yang berbunyi, “Aku adalah Aku,” dalam bahasa Ibrani, ‘ehyeh ‘a’ser ‘shyeh.Penyelidikan istilah ‘ehyeh ternyata istilah tersebut berakar pada kata Ibrani hyh dan hwh. Dari dua akar kata tersebut, kita mendapatkan nama Allah, YHWH.

YAHWEH atau YEHOWAH

Sebagaimana sudah diuraikan istilah Tuhan dalam bahasa Ibrani terdiri dari empat huruf mati, YHWH. Dalam tulisan yang lalu, istilah YHWH dilafalkan Yahweh. Tentunya kita juga mengenal istilah Yehowah seperti Yehowah Jirehartinya Tuhan yang menyediakan (dalam bahasa, Inggris Jehovah Provides).Pertanyaannya, apakah istilah YHWH dilafalkan Yahweh atau Yehowah?

Alasan istilah YHWH diucapkan Yahweh :

  1. Istilah YHWH oleh orang-orang Samaritan (Samaria) diucapkan Yawe. Ucapan Yawe tersebut dijelaskan oleh ahli-ahli Kitab Suci seperti Clemens pada abad III, Epiphamius, abad IV dan Theodoretus, abad V. Berarti pengucapan Yawe mirip dengan Yahweh atau Yahwe (tanpa huruf h).
  2. Berdasarkan nama orang-orang yang mengaitkan nama mereka dengan yang ilahi (divine), kita memperoleh istilah Yah. Misalnya Hiskia, akhiran namanya adalah huruf Yah; atau Elia, akhirannya juga Yah. Dari istilah ilahi Yah apabila dikaitkan dengan ucapan orang-orang Samaria terhadap Tuhan yakni Yawe, kita memperoleh sebutan Yahwe.
  3. Dalam peraturan bunyi huruf hyidup yang bunyi akhirannya panjang (disebut peraturan Masoretic), kita mendapatkan empat macam huruf hidup yaitu ae, e, o dan a. Huruf-huruf hidup ini diucapkan dengan bunyi panjang. Akhiran huruf hidup yang berbynyi panjang ini merupakan akhiran huruf-huruf yang diselipkan di akhiran WH dari YHWH. Awalan huruf-huruf YH dari YHWH berbunyi Yah sudah kita pelajari. Tinggal akhiran huruf-huruf WH. Apabila diselipkan huruf hidup ae akan berbunyi Waeh atau Wae. Istilah YHWH akan berbunyi Yahweah atau Yahwae. Bunyi ini  kurang lazim. Apabila akhiran huruf-huruf WH diisi huruf o maka istilah YHWH akan berbunyi Yahwoh atau Yahwo. Kalau diselipi huruf a akan berbunyi Yahwah atau Yahwa. Baik bunyi Yahwoh maupun Yahwah tidak dipergunakan di bahasa Ibrani. Istilah YHWH yang berbuyi Yahwah atau Yahwa mirip dengan istilah yang berbunyi Yahuwa. Istilah Yahuwa terdiri dari dua kata, Ya, dan Huwa. Kata Huwa bersumber dari bahasa Arab yang artinya dia. Istilah Yahuwa berarti “O Dia”. Istilah Yahuwa sama sekali tidak sesuai dengan makna nama yang terkandung di dalam istilah YHWH. Sedangkan istilah Yahwah atau Yahwa sebenarnya merupakan istilah yang disebut Proto-Canaaniteyang selanjutnya berubah menjadi Yahu’a. Istilah Yahu’a juga tidak lazim dipakai. Jadi tinggal satu huruf dari empat kemungkinan sebagaimana yang telah disebutkan yaitu dari huruf ae, e, o, dan a adalah huruf e. Istilah YHWH yang awalan huruf-hurufnya dibunyikan Yah dan akhirna huruf-hurufnya WH dibunyikan Weh. Istilah YHWH dibunyikan Yahweh. Bunyi Yahweh inilah yang paling dimungkinkan untuk dilafalkan. 

ISTILAH YEHOWAH

Alasan istilah YHWH dibunyikanYehowah (dalam Kitab Suci bahasa Jawi menjadi Yehuwa, dalam bahasa Batak ditulis Jahowa dan dalam bahasa Inggris menjadi Jehovah.

  1. Seperti yng sudah disebutkan di atas, pada masa pembuangan di Babel orang Yahudi menjadi semakin enggan mengucapkan YHWH. Mereka lebih biasa menyebutkan Allah sebagai Adonai, artinya Tuhanku atau dalam bahasa Inggris , my Lord.Maka istilah Adonai agak sering digunakan oleh nabi Yehezkiel. Misalnya dalam Yehezkiel 2:4; 3:27; 4:14; 7:2; 11:7; 12:10 dan seterusnya. Kalau di seluruh Perjanjian Lama istilah Adonaidigunakan sebanyak 420 kali, di dalam kitab Yehezkiel saja terdapat sebanyak 222 kali (lebih dari 50%). Nabi Yehezkiel dapat dikategorikan sebagai “pelopor” penggunaan kata Tuhan atau Adonai. Berarti istilah Adonai cukup penting untuk diperhatikan. Bagi umat Israel pada masa pembuangan sebagaimana yang tampak dalam penggunaan istilah Adonai dalam Kitab Yehezkiel, mereka tidak lagi mengucapkan istilah YHWH. Mereka tetap menuliskan istilah YHWH namun bagaimana sebenarnya bunyi atau melafalkan istilah YHWH sudah tidak diketahui secara psati. Berpijak pada pentingnya istilah Adonai tersebut, umat Israel lebih leluasa memakai istilah Adonai atau Tuhan. Maka sejak abad V sebelum Masehi nama YHWH tidak lagi dibaca sebagai YaHWeH,melainkan Adonai.Pada abad III sebelum Masehi bahasa Yunani menjadi bahasa pengantar umum di Timur Tengah, sebagai akibat penjajahan Iskandar Agung. Maka Perjanjian Lama pun diterjemahkan ke bahasa Yunani, dan terjemahan Yunani itu disebut Septuaginta (bahasa Yunani : ‘tujuh puluh’, karena 70 ahli yang mengerjakan terjemahan itu). Karena pada waktu itu nama YHWH lazimnya dibaca Adonaidengan arti ‘Tuhanku’, maka dalam terjemahan Yunani itu YHWH diterjemahkan kyrios, artinya ‘Tuhan’. Hanya saja dalam kitab Yehezkiel nama YHWH seringkali ketemu dengan gelar ‘Adonai’ di dalam nats asli (misalnya Yehezkel 2:4; 3:11 dan lain-lain). Para penterjemah merasa aneh seandainya gelar Adonai diterjemahkan kyrios, nama YHWH diterjemahkan kyrios pula, sehingga semuanya menjadi kyrios kyrios (‘Tuhan Tuhan’). Maka mereka merasa cukup menterjemahkannya satu kali saja menjadi kyrios.
  2. Seperti yang sudah disebutkan di atas, pada abad VII/VIII Masehi terdapat sejumlah para ahli Kitab Perjanjian Lama khususnya ahli-ahli yang disebut kaum Masoret (bahasa Inggris : Masoretic Scholars).Para Masoret terdiri dari orang-orang Yahudi yang berusaha menyusun kitab Suci Perjanjian Lama dengan tambahan huruf-huruf hidup agar lebih mudah melafalkannya. Hasilnya disebut Masoretic Text. Para Masoret mulai berusaha menyelipkan huruf hidup di antara huruf-huruf mati bahasa Ibrani dengan tujuan dapat dibaca dan diucapkan oleh orang Yahudi yang sudah kurang fasih membaca bahasa Ibrani. Hanya saja huruf mati tidak boleh diubah sama sekali, karena huruf mati itu dianggap suci. Biarpun nama YHWH sudah tidak dibaca YaHWeHmelainkanAdonai, huruf mati YHWH tidak boleh diubah. Sedangkan dalam penambahan huruf hidup para Masoret agak lebih bebas. Para Masoret menemukan di kitab Yehezkiel gelar nama Allah yakni Adonai yang dikaitkan dengan nama YHWH. Karena istilah Adonai banyak dipergunakan di kitab Yehezkiel sebagai pengganti sebutan YHWH maka akan dirasa janggal apabila nama YHWH yang ditambah Adonai dituliskan Adonai Adonai. Orang Yahudi sendiri membaca gbungan tersebut dengan Adonai Elohim. Para Masoret kemudian mengambil huruf hidup Elohim yakni e, o, dan I untuk dapat diselipkan pada nama YHWH yang bunyinya menjadi Yehowih.Selanjutnya dari kata Adonai atau ‘aDoNaY didapatkan huruf-huruf hidup a, o, a. Huruf-huruf hidup ini dapat diselipkan di sebutan YHWH menjadi Yehowah. Dari penelitian kedua sisipan huruf-huruf hidup ke dalam sebutan nama YHWH tersebut, para Masoret menyimpulkan nama Allah adalah Yehowah.
  3. Pengucapan istilah Yehowah/Jehova kembali memperoleh perhatian sebagian ahli Perjanjian Lama Kristen pada abad XVI (masa renaisans, artinya: ‘kelahiran kembali’ zaman klasik Romawi-Yunani). Karena pada masa renaisans itu masyarakat pada umumnya tertarik pada sastra klasik Yunani dan Romawi dalam bahasa aslinya, demikian pula teolog Kristen semakin tertarik membaca Perjanjian Lama dalam bahasa aslinya, demikian pula teolog Kristen semakin tertarik membaca Perjanjian Lama dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Ibrani dan bahasa Aram. Dalam upaya itu mereka menjumpai nama YHWH yang sudah ditambah huruf hidup e-o-a menjadi YeHoWaH. Sebagian besar teolog Kristen ikut kebiasaan Yahudi, sehingga dalam kebanyakan terjemahan tua (terjemahan Luther, King James Version, Statenvertaling, Vulgata dan lain sebagainya) nama YHWH biasanya “diterjemahkan” menjadi TUHAN (bahasa Inggris: LORD, Jerman: HERR, Belanda: HEER), yang istilah TUHAN ditulis dengan huruf besar semua. Sedangkan gelar Adonai diterjemahkan Tuhan pula, tetapi hanya huruf pertama saja yang ditulis besar yakni huruf T. Luther menyatakan istilah Adonai dipergunakan dengan Yahweh sebenarnya merupakan penekanan pernyataan kemahakuasaan Yahweh. Para penerjemah King James Version (terjemahan bahasa Inggris dari abad XVI/XVIII) menterjemahkan gabungan AdonaiYHWH dalam kitab Yehezkiel sebagaimana kebiasaan orang Yahudi melafalkannya menjadi the Lord God. Sedangkan Marthin Luther selalu menterjemahkan YHWH sebagai der HERR (TUHAN), sehingga Luther menerjemahkan Adonai Yahweh dengander Herr HERR (atau Tuhan TUHAN), demikian pula terjemahan Statenvertaling (terjemahan bahasa Belanda dari abad XVI/XVII). Tetapi sebagian teolog lainnya mempertahankan bahwa nama YHWH yang sudah ditambah huruf hidup e-o-a menjadi YeHoWaH harus dibaca ‘seadanya’, harus dibaca ‘Yehowah’ (atau dalam bahasa Inggris disebut Jehovah). Karena menurut mereka yang suci dalam teks Ibrani bukan hanya huruf mati saja (seperti kepercayaan orang Yahudi) melainkan juga huruf hidupnya. Jadi, kalau dalam teks Ibrani yang mereka miliki pada abad XVI nama YHWH sudah ditambah huruf hidup e-o-a menjadi YeHoWaH dibaca Adonai ataupun Yahwe mereka merasa kesucian Firman Tuhan dilanggar karena nama YHWH dilafalkan Yehowah. Terutama penganut Saksi Yehowah sampai sekarang tetap mempertahankan bahwa nama Tuhan adalah Yehowah.
  4. Baru pada abag XX beberapa teolog Kristen menemukan bahwa bunyi asli nama YHWH (kemungkinan besar) adalah Yahwe, seperti yang telah diterangkan di bagian terdahulu. Dan hampir semua ahli Perjanjian Lama yakin bahwa bacaan yang benar adalah Yahwe. Sehingga di kalangan kaum teolog nama Yahwe dewasa ini lazim dipakai. Selain itu dijumpai juga teolog Kristen modern yang ikut kebiasaan Yahudi: Mereka menulis YHWH, tetapi membacanya Adonai. Alasan mereka yang pertama, mereka tidak mau menyinggung perasaan orang Yahudi dengan mengucapkan nama Yahwe begitu saja. Alasan kedua mereka bahwa bacaan yang tepat bagi nama YHWH tidak diketahui lagi dengan kepastian 100% (biarpun kemungkinan besar bunyi aslinya adalah Yahwe). Pertanyaannya, mana yang benar, dilafalkan Yahweh/Yahwe atau Yehowah/Yehowa/Jehovah? Dalam hal ini para ahli berbeda pendapat. Sebagian besar ahli menyatakan pengucapan Yahweh/Yahwe yang benar. Namun sebagian lagi lebih setuju untuk diucapkan Yehowah/Yehowa atau dalam bahasa Inggris, Jehovah/Jehova. Dan ada juga yang tidak mau memakai kedua-duanya, karena yang benar tidak dapat diketahui dengan kepastian 100% sebagian telah dijelaskan. Kita tidak dapat menyatakan pengucapan Yahweh/Yahwe yang tepat, atau pengucapan Yehowah/Yehowa yang tepat. Alasannya karena pengucapan yang asli dari bentuk YHWH sudah tidak diketahui secara pasti dan penelusurannya mengalami kesulitan. Penelusuran cara pengucapan yang mula pertama untuk istilah YHWH menjadi sulit karena bukti pengucapannya sudah lama hilang dari umat Israel sendiri. Penemuan pengucapan istilah YHWH yang berbunyi Yahweh atau Yehowah merupakan hasil penyelidikan para ahli baik pada masa lampau maupun pada masa kini.

TUJUAN PERNYATAAN NAMA YHWH

Pengungkapan nama YHWH yakni Yahweh kepada Musa tidak semata-mata Yahweh menyatakan nama-Nya. Pernyataan nama Yahweh memiliki kaitan yang erat dengan umat-Nya. Kaitan yang berpijak pada janji (covenant) dengan nenek moyang umat Israel yakni Abraham, Ishak dan Yakub.

Melalui pernyataan nama Yahweh, nama pribadi Allah yang dinyatakan kepada Musa, Yahweh ingin menegaskan keberadaan-Nya atau eksistensi-Nya kepada Musa. Tuhan yaitu Yahweh berkata kepada Musa, AKU ADALAH AKU (I AM THAT I AM). Berarti Tuhan ada. Yahweh exist.Yahweh ada dari dulu, kini dan sampai selama-lamanya.

Keberadaan Yahweh memiliki tiga tujuan utama. Musa menuliskan tiga tujuan utama tersebut dalam kitab Keluaran. Mari kita tengok sejenak tiga tujuan utama tersebut.

  1. Tahu.Apa maksudnya? Dalam Keluaran 9:14 dinyatakan tujuan pengungkapan dari Yahweh. Tujuan pengungkapan-Nya yaitu “Supaya engkau mengetahui bahwa tidak ada yang seperti Aku di seluruh bumi”. Agar diketahui Firaun bahwa Yahweh memiliki kuasa yang melebihi siapapun di muka bumi. Pernyataan tersebut juga dinyatakan di Keluaran 7:5, 17. Di samping Firaun yang harus tahu mengenai keberadaan Yahweh, Yitro, imam di Midian yang mertua Musa juga memberi pernyataan yang tegas tentang Yahweh. Yitro mengatakan “Sekarang aku tahu bahwa TUHAN lebih besar dari segala allah…” (Keluaran 18:11). Pernyataan Yitro merupakan penegasan bahwa dulu dia tidak mengetahui siapa Yahweh. Namun setelah menyaksikan perbuatan Yahweh melepaskan umat Israel dari kekuasaan Mesir secara ajaib barulah Yitro menyatakan pengakuannya terhadap keberadaan Yahweh. Amat dimungkinkan sebelum penegasan tersebut Yitro menyembah ilah yang bukan Yahweh. Karena setelah menyaksikan perbuatan Yahweh yang maha dahsyat, Yitro mengakui Yahweh lebih besar dari segala ilah. Istilah ilah yang diucapkan Yitro berkaitan dengan ilah-ilah yang dia ketahui sebelumnya.

Selanjutnya dalam kitab Ulangan disinggung mengenai tujuan keberadaan Yahweh. Kitab Suci menyatakan, “Atau pernahkah suatu allah mencoba datang untuk mengambil baginya suatu bangsa dari tengah-tengah bangsa yang lain, dengan cobaan-cobaan, tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat dan peperangan, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung dan dengan kedahsyatan-kedahsyatan yang besar, seperti yang dilakukan TUHAN, Allahmu, bagimu di Mesir, di depan matamu? Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa TUHANlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia” (Ulangan 4:34-35). Berarti tujuan keberadaan Yahweh yang melebihi ilah lain. Juga agar Firaun dan orang Mesir (non-Israel) tahu bahwa Yahweh umat Israel adalah Tuhan yang maha kuasa. Bahkan pemazmur mendeklarasikan kepada segenap bumi bahwa Tuhan Maha besar dan lebih dahsyat daripada segala ilah (Mazmur 96:1-4, bandingkan dengan Mazmur 135:5).

  • Hadir.Tujuan pengungkapan nama Yahweh bukan saja agar Musa tahu, umat Israel tahu, orang-orang dan raja-raja non-Israel tahu bahkan segenap bumi tahu bahwa Yahweh lebih besar dari ilah lain namun tujuan berikutnya yakni Yahweh hadir di tempat kesengsaraan umat-Nya. Dalam Keluaran 3:7 dinyatakan “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir…” Bagaimana tindak lanjut perhatian Yahweh? Apakah hanya dengan pernyataan rasa prihatin saja. Hanya dengan rasa simpati saja? Jawabannya tidak! Yahweh hadir di tengah kesusahan umat-Nya.

Kehadiran Yahweh bertujuan untuk melepaskan umat Israel dari kekuasaan Mesir. Yahweh akan menghancurkan kekuasaan Mesir. Yahweh turun dari kerajaan Surga untuk membebaskan umat Israel (Keluaran 3:8). Dalam seluruh kisah yang tertulis di kitab Perjanjian Lama, kehadiran Yahweh dalam tanda tiang awan dan tiang api saat umat-Nya berada di padang belantara/gurun atau di saat tabut diangkat atau sinar kemuliaan-Nya memenuhi ruang maha suci di kemah pertemuan umat Israel/tabernakel. Semua bentuk kehadiran Yahweh menimbulkan kedahsyatan baik bagi umat Israel maupun bagi musuh-musuh umat Israel.

Yahweh yang hadir berarti Tuhan melawat umat-Nya. Kata “turun” dalam Keluaran 3:8 mengandung arti Tuhan datang ke umat-Nya. Tuhan meninggalkan tempat-Nya dan datang melawat umat-Nya. Yahweh menyatakan diri-Nya sendiri kepada umat-Nya. Inilah makna kehadiran Yahweh di tengah umat-Nya yang sedang menderita.

Kehadiran Yahweh dapat dalam bentuk pernyataan malaikat Tuhan kepada umat-Nya dan hamba-Nya. Misalnya Yosua berhadapan dengan Panglima Balatentara Tuhan (Yosua 5:13-15). Malaikat Tuhan juga menampakkan diri kepada Gideon (Hakim-hakim 6:11-12) dan seterusnya. Di samping itu kehadiran Yahweh juga melalui suara yang didengar oleh Samuel (1 Samuel 3:3-10). Suara yang datang dari Tuhan sendiri. Kehadiran Yahweh juga dapat dalam bentuk mimpi (Kejadian 28:12-19). Yakub dalam mimpinya melihat malaikat-malaikat Tuhan turun naik tangga yang menghubungkan antara bumi dan langit. Tempat di mana Yakub bermimpi disebut Betel.

Kehadiran Yahweh yang telah dinyatakan dalam pelbagai cara tersebut akhirnya dinyatakan di dalam Tuhan Yesus Kristus (Ibrani 1:1-4). Kehadiran Yahweh di dalam diri Tuhan Yesus Kristus menjadi pusat seluruh pernyataan dan penyataan Yahweh  sebagaimana yang tercatat dalam kitab Perjanjian Lama. Fokus pernyataan dan penyataan Yahweh mencapai klimaks di dalam diri Tuhan Yesus Kristus!

  • Beritakanlah.Keberadaan Yahweh yang dinyatakan kepada Musa bertujuan agar Musa tahu bahwa Yahweh lebih besar dari ilah lain yang akan melepaskan umat-Nya dari Mesir. Supaya Firaun dan orang Mesir tahu tidak ada ilah lain yang sedahsyat Yahweh. Agar umat Israel tahu bahwa hanyalah Yahweh satu-satunya yang patut disembah dan yang mampu menolong umat Israel dari kesengsaraan mereka. Keberadaan Yahweh berarti kehadiran-Nya di tengah umat-Nya yang membutuhkan pertolongan-Nya. Yahweh ikut hadir di tengah kesengsaraan umat-Nya.

Selanjutnya umat-Nya tidak hanya sebatas tahu dan melihat kehadiran-Nya, umat-Nya dan hamba-Nya diminta oleh Tuhan untuk memberitakan keberadaan Yahweh. Musa diperintahkan Tuhan, “Pergilah, kumpulkanlah para tua-tua Israel dan katakanlah kepada mereka…” (Keluaran 3:16). Musa juga diminta Yahweh untuk memberitakan keberadaan-Nya kepada umat Israel (Keluaran 6:5). Musa juga harus memberitakan keberadaan Yahweh yang maha dahsyat kepada Firaun (Keluaran 3:10). Inti isi berita yang wajib Musa sampaikan adalah pembebasan umat-Nya dari Mesir. Berita ini merupakan kabar baik. Berita keselamatan. Berita kemerdekaan. Merdeka dari belenggu Mesir. Berita ini wajib disaksikan!

Berita mengenai Yahweh yang maha dahsyat wajib disampaikan ke segenap umat manusia. Pemazmur menyatakan, “aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan Tuhan” (Mazmur 118:17). Selanjutnya pemazmur juga menyatakan, “Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu” (Mazmur 145:4).

Pengungkapan nama pribadi Yahweh bukan hanya semata-mata untuk Musa ketahui tapi agar Musa, hamba-hamba-Nya dan umat-Nya yang mengetahui nama Yahweh dan kehadiran-Nya memberitakan dan menyaksikan bahwa Yahweh lebih besar dari ilah-ilah lain yang melepaskan umat Israel dari Mesir.

KESIMPULAN YAHWEH/YEHOWAH

  1. Baik istilah nama Yahweh maupun Yehowah merupakan hasil kerja para ahli kitab Suci Perjanjian Lama. 
  2. Pada masa kini, kita tidak mengetahui secara pasti sebutan mana di antara Yahweh dan Yehowah yang paling tepat.
  3. Orang Yahudi sendiri tidak menyebut/melafalkan nama YHWH dengan Yahweh atau Yehowah. Istilah Adonai lebih banyak dipergunakan.
  4. Lebih baik kita memahami tujuan utama pengungkapan nama YHWH yang dinyatakan kepada Musa, yakni agar orang Mesir termasuk Firaun dan semua bangsa di bumi TAHU bahwa YHWH HADIR dan perbuatan ajaib YHWH wajib DIBERITAKAN.

ISTILAH ALLAH

Istilah berikutnya yang dipergunakan dalam Kitab Suci kita yaitu Allah. Istilah Allah telah dikenal oleh bangsa kita, Indonesia. Kitab Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tetap menggunakan istilah Allah dalam penerbitan Kitab Suci sampai kini.

Istilah Allah berasal dari bahasa Arab. Akar kata Allah dalam bahasa Arab adalah al-ilah.Kata ilahsebenarnya sama dengan kata El sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian terdahulu. Artinya, sebutan El untuk Allah sama dengan kata ilah. Dalam tulisan yang lalu kita telah belajar mengenai makna istilah El dan Elohim. Kita perlu membedakan antara istilah El umat Israel atau Elohim umat Israel dengan istilah El bangsa-bangsa lain.

Kembali pada istilahilah yang sama dengan istilah El. Arti istilah ilahadalah yang kuat atau yang terutama. Kata aldalam bahasa Arab merupakan kata sandang yang definitif (dalam bahasa Inggris mirip dengan the, atau si / sang / yang dalam bahasa Indonesia). Jadi, istilah al-ilahberarti secara harfiah “Sang Mahakuasa”, “Yang Mahakuasa”, atau: Allah yang definitif, spesifik dan tertentu. Dengan kata lain, tidak ada Allah lain selainal-ilah.Di dalam istilah Arab al-ilahmenurut peraturan baca bahasa Arab, huruf “i” di antara “al” dan “ilah” luluh sehingga gabungannya menjadi “al-lah”, dalam bahasa Indonesia disebut Allah. Sebutan Allah menjadi sebutan umum bagi orang-orang Muslim. Perlu diketahui bahwa sebutan Allah sudah dipergunakan di wilayah Arab sebelum al-Quran ditulis. Berarti sebelum lahirnya Islam, istilah Allah telah dipakai oleh umum.

Dari sejarah ktia belajar bahwa sebelum Islam lahir di Arab, masyarakat Arab ada yang Kristen. Bagi orang-orang Arab Kristen, mereka sudah menggunakan istilah Allah. Bagi orang Arab Kristen dan Yahudi Kristen, istilah Allah yang dipakai sama dengan istilah El atau Elohim umat Israel. Istilah Allah tidak dimaksudkan untuk ilah-ilah lain. Sekalipun di sekitar mereka, penyembahan kepada ilah-ilah termasuk dewa-dewa dan berhala-berhala sudah menjadi sesembahan sebagian masyarakat. Namun bagi orang Arab Kristen dan Yahudi Kristen, mereka tetap menyembah Allah yang sebutan Allah tersebut sama dengan El dan Elohim-nya umat Israel. Allah yang mereka maksud dalam sesembahan mereka berbeda dengan ilah-ilah yang disembah bangsa-bangsa non-Israel.

Dalam perkembangannya makna dan nilai sebutan Allah semakin merosot. Pengaruh ilah-ilah semakin kuat. Mengakibatkan istilah Allah disamakan dengan dewa misalnya dewa air. Yang dimaksud Allah bagi orang-orang Arab pada masa kemerosotan keagamaan mereka (sebelum lahirnya Islam) adalah dewa-dewa, berhala-berhala dan ilah-ilah lainnya. Masa kemerosotan keagamaan tersebut disebut masa Jahiliah.Makna kata jahiliahadalah kebodohan, namun diganti sebagai penyembahan kepada berhala-berhala. Dengan demikian istilah Allah dipahami oleh orang-orang Arab pada masa jahiliahtersebut sebagai dewa. Sama dengan patung, berhala dan ilah-ilah asing.

Di tengah zaman jahiliahtersebut ternyata masih dijumpai kelompok kecil masyarakat yaitu Arab Kristen dan Yahudi Kristen (serta Kristen dari bangsa lainnya yang berada di wilayah Arab) serta sejumlah kecil orang-orang Arab yang tidak mengartikan Allah adalah dewa atau berhala. Kelompok kecil ini tetap menggunakan istilah Allah dengan pengertian murni bahwa Allah yang mereka sembah adalah sama dengan Allah umat Israel. Mereka tidak ikut-ikutan menyambah Allah yang mayoritas orang Arab menyamakannya dengan dewa atau berhala. Sekalipun sebutannya sama yakni Allah namun bagi orang-orang Arab Kristen dan Yahudi Kristen serta sejumlah kecil orang-orang Arab, Allah yang dimaksud adalah Allah yang tidak sama dengan dewa/berhala. Allah yang lebih tinggi dari dewa/berhala. Ketika Islam lahir, sebutan Allah ini dikembalikan pada posisi yang benar. Bagi Islam, sebutan Allah tidak sama dengan dewa atau berhala. Allah yang disembah orang Islam adalah Allah yang satu-satunya/Esa yang maha kuasa, maha dahsyat dan jauh lebih berkuasa daripada dewa-dewa dan berhala-berhala. Islam juga melarang umat-Nya menyembah patung-patung/berhala-berhala. Dengan demikian istilah Allah yang sama maksudnya dengan El atau Elohim umat Israel dikembalikan makna dan nilainya. Kemerosotan keagamaan atau masa jahiliahdiperbaharui oleh Islam. Dengan demikian, Islam dapat dikatakan merupakan agama yang memperbaharui keyakinan terhadap Allah yang tidak sama dengan peneymbahan kepada dewa atau berhala.

Oleh sebab itu masyarakat umum (terutama orang Islam) akan sangat heran kalau kata ‘allah’ (biarpun ditulis dengan huruf kecil) digunakan untuk menyebutkan para ilah, dewa-dewi, berhala dan lain sebagainya. Seolah-olah orang yang menggunakan kata ‘allah’ dalam pemahaman itu ingin kembali ke zaman jahiliah.Lebih baik dan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, jika kata Allah selalu digunakan dalam pemahaman “Tuhan Yang Maha Esa”, “Pencipta alam semersta yang maha sempurna”, dan tidak boleh ditulis dengan huruf kecil yaitu allah. Sedangkan dewa-dewi, berhala dan lain sebagainya lebih bak disebutkan “ilah” (tentu selalu ditulis dengan huruf kecil).

Islam masuk Indonesia sekitar abad XIII. Saudagar-saudagar Arab tiba di Indonesia dengan tujuan berdagang. Perdagangan yang dilakukan di pelabuhan-pelabuhan/daerah pesisir diserta dengan penyebaran agama Islam. Pengaruh Islam semakin kuat. Kerajaan Hindu dan Budha di wilayah pedalaman mulai belajar agama Islam. Pengaruh Islam dari saudagar-saudagar Arab ini bukan saja tampak dalam penyebaran agama Islam tapi juga tampak dalam perbendaharaan kata-kata bahasa Indonesia. Banyak kata-kata Arab yang menjadi kata-kata Indonesia.

Kekristenan kemungkinan besar sudah masuk ke Indonesia pada abad VII yakni Kristen Nestorian. Namun sayangnya, jejak kekristenan Nestorian di Indonesia itu sudah hampir hilang dari panggung sejarah. Tidak ada lagi gereja Nestorian di Indonesia. Kemudian Kristen Katholik masuk ke Indonesia pada sekitar abad XVI sedangkan Kristen Protestan sekitar abad XVII. Bahasa Indonesia yang dikenal dengan bahasa Melayu dengan pengaruh perbendaharaan kata-kata Arab telah mewarnai bahasa Indonesia. Istilah Arab mengenai Allah di dalam bahasa Indonesia tetap dipergunakan Allah.

Tentunya para penerjemah Alkitab pertama ke dalam bahasa Melayu/Indonesia menjadi bingung mau memakai istilah apa untuk menerjemahkan kata Elohim / Theos / God?

Cocoklah sebutan “Allah” dengan segala latar belakang agama Islam, yang sebenarnya mempunyai pemahaman lain tentang Allah dari orang Kristen yang percaya kepada Sang Bapa, Sang Putra dan Sang Roh Kudus? Lebih baikkah menggunakan kata “dewa” dengan segala latar belakang politeisme Hindu? Apakah sebutan “Tuhan” lebih tepa, yang kedengaran amat mirip dengan para ‘tuan’ yang mulai menjajah bangsa Indonesia? Lebih baikkah memperkenalkan nama YHWH yang jelas asing sekali bagi orang Indonesia, lagipula ucapannya tidak jelas. Akhirnya para penerjemah dari awal sampai sekarang memilih sebutan “Allah” untuk menerjemahkan kata Elohim / Theos / God dalam Alkitab, sedangkan Adonai / Kyrios / Heerditerjemahkan “Tuhan”. Jadi, pada saat Kitab Suci diterjemahkan ke bahasa Melayu, istilah Allah sebagai istilah Indonesia tetap dipergunakan. Kitab Injil Matius yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu pada tahun 1629 oleh Albert Corneliz Ruyl, istilah Allah dipergunakan. Kitab Suci secara keseluruhan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Melchior Leijdekker pada tahun 1733 juga menggunakan istilah Allah. Kitab Suci berikutnya yang diterjemahkan oleh Cornelius Klinkert pada tahun 1879 juga menggunakan istilah Allah.

Jadi istilah Allah dalam bahasa Indonesia telah dipergunakan secara umum. Istilah Allah tersebut sekalipun berasal dari Arab tidak sama dengan dewa atau berhala. Istilah Allah yang dimaksud bobotnya sama dengan istilah El atau Elohim yang disembah oleh umat Israel. Kitab Suci bahasa Indonesia yang memakai istilah Allah tidak dapat dikatakan bahwa istilah Allah tersebut tidak layak, tidak kudus atau suatu penghinaan kepada Yahweh sendiri. Istilah Allah yang dipakai dalam bahasa Indonesia dan Kitab Suci orang Kristen benar-benar menjadi tidak layak, tidak kudus dan merupakan suatu penghinaan abapila istilah Allah baik secara pikiran, hati maupun kata-kata serta penyembahan dierlakukan seperti dewa, berhala atau ilah-ilah lain. Tentunya pihak-pihak ahli bahasa dan penerjemah yang bekerja di Lembaga Alkitab Indonesia tidak memperlakukan istilah Allah sama dengan orang-orang Arab memperlakukannya pada masa jahiliah.

Jadi, istilah Allah yang dipakai di Kitab Suci dalam tata bahasa Indonesia tidak ada kelirunya. Istilah Allah dalam Kitab Suci wajib dipahami tidak seperti dewa atau berhala. Sebaliknya istilah Allah harus dipahami sebagai El atau Elohim yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub. Istilah Allah wajib dimengerti sebagai Allah-nya umat Israel yang sungguh-sungguh menyembah kepada Yahweh. Umat Kristiani tidak perlu merasa bersalah, takut atau berdosa apabila menyebut Allah. Hanya sebutan Allah untuk lebih Alkitabiah perlu mencontoh sebutan nenek moyang umat Israel. Yaitu dikaitkan dengan kata sifat, nama pribadi atau relasi yang erat secara pribadi. Misalnya, El-Shaddai atau Allah yang maha kuasa; Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub dan sebutan Allahku, Allah ayahku, Allahmu. Kata yang dikaitkan dengan sebutan El atau Elohim menjelaskan bahwa El atau Elohim yang diyakini oleh umat Israel berbeda dengan El atau Elohim bangsa-bangsa non-Israel. Bagi orang Kristen, sebutan Allah dapat dilengkapi dengan kata-kata sebagai berikut – Allah yang kami kenal dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Atau Allah yang panggil Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Atau Allah yang maha kuasa yaitu Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub yang kami sembah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Selanjutnya kita akan menelusuri sejenak mengenai Allah di dalam Kristus dan Allah di dalam agama lain. Apakah sebutan Allah tersebut memiliki persamaan atau perbedaan!

ALLAH DI DALAM KRISTUS DAN ALLAH DI DALAM AGAMA LAIN

Sebagai orang Kristen sebutan Allah yang kita kenal dan ucapkan apakah sama dengan sebutan Allah yang diucapkan oleh agama non-Kristen? Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa kata Allah berasal dari bahasa Arab. Apakah orang Kristen dapat dibenarkan mengucapkan kata Allah? Bukankah kata Allah dipergunakan dan menjadi sebutan sesembahan saudara-saudara kaum Muslim? Apakah umat Muslim dan umat Kristen sependapat dengan sebutan Allah?

Sebelum kita tiba pada jawaban atas pertanyaan tersebut di atas kita perlu mengakui bahwa sebutan Allah merupakan istilah bahasa Indonesia. Sebagai bangsa Indonesia, kita telah mengikrarkan bahwa kita adalah satu bangsa, bangsa Indonesia dan satu bahasa, bahasa Indonesia. Negara kita memang terdiri dari ribuan pulau-pulau dan ratusan suku bangsa dengan ragam suku bahasanya. Namun negara kita terikat sebagai negara kesatuan Republik Indonesia. Apakah kesatuan yang telah diperjuangkan dengan tetesan darah para pahlawan bangsa akan dipisahkan karena perbedaan istilah bahasa Indonesia. Barangkali istilah Allah tiba-tiba diputuskan dan ditetapkan sebagai istilah yang hanya berlaku bagi agama tertentu sedangkan agama lain tidak diijinkan menggunakan istilah tersebut. Kemungkinan monopoli sebutan Allah oleh agama tertentu sudah ditetapkan dan diberlakukan oleh negara lain. Namun apakah negara dan bangsa Indonesia akan ikut-ikutan menciptakan ketetapan yang bukannya lebih menyatukan semua elemen bangsa namun justru memecah belah anak bangsa. Apakah semboyan atau ikrar, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa masih berlaku bagi kesatuan negara Indonesia?

Terlepas dari pemikiran tersebut di atas, marilah sejenak menelusuri keberatan-keberatan sebutan Allah baik di pihak sekelompok umat Kristen dan juga di pihak umat muslim. Penelusuran pertimbangan dalam tulisan ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk memecah belah antar umat beragama. Juga tidak dimaksudkan memecah belah intern umat beragama. Tidak ada pemikiran dalam uraian singkat ini untuk menimbulkan perselisihan, permusuhan dan kebencian  satu terhadap yang lain. Wacana yang dikembangkan bertujuan untuk memahami perbedaan guna memperkaya wawasan kita dan menghargai perbedaan tersenut. Perbedaan setajam apapun biarlah selalu ditempatkan dalam kasih Tuhan. Bagi umat Kristen, hukum kasih adalah hukum yang paling utama (Matius 22:34-40). Hanya oleh kasih Tuhan,  semua elemen bangsa dapat dipersatukan.

Sebutan Allah bagi umat Muslim merupakan sebutan sesembahan yang amat sakral. Allah itu Satu atau Esa. Allah tidak dapat diwujudkan sebagai patung, berhala atau ukiran-ukiran buatan tangan manusia. Allah tidak dapat diwujudkan seperti layaknya manusia dan mahluk-mahluk lain. Allah bersifat maha tinggi, maha agung, maha besar, maha mulia dan maha kudus. Bagi umat Muslim, Allah yang mejadi manusia yang disebut Yesus yang mati tersalib yang diyakini oleh umat Kristen benar-benar merupakan keyakinan yang tidak masuk akal. Bahkan merupakan keyakinan yang telah merendahkanhakekat keagungan Allah. Apalagi Yesus disebut sebagai Anak Allah atau Putra Allah, sebutan ini benar-benar tidak layak. Allah bukanlah manusia dan Allah tidak memiliki anak. Dalam konteks ini, sebutan Allah menjadi tidak layak diucapkan apabila dalam sebutan Allah tersebut terkandung di dalamnya pemahaman Allah telah menjadi manusia yaitu Yesus yang disebut juga sebagai Putra/Anak Allah. Apabila umat Kristen mengucapkan sebutan Allah dengan pemahaman tersebut , umat Muslim merasa keberatan. Karena sebutan Allah yang sekalipun sama dalam khasanah bahasa Indonesia namun muatan utama substansinya berbeda. Pertimbagan tersebut dapat menciptakan pemikiran sekelompok individu perlunya diambil ketetapan penggunaan sebutan Allah. Sekalipun istilah Allah merupakan istilah umum bahasa Indonesia namun bagi umat Muslim istilah Allah merupakan istilah umum bahasa Indonesia namun bagi umat Muslim istilah Allah merupakan sesembahan yang amat dijunjung tinggi keagungannya. Sebutan Allah yang secara khusus dan khusuk diucapkan oleh umat Muslim tersebut dapat dimungkinkan menjadi suatu ketetapan di mana agama yang bukan Islam tidak diijinkan untuk menggunakan sebutan Allah. Kecuali mereka menjadi Muslim dan memahami makna sebutan Allah yang berdasarkan keyakinan Islam. Berarti istilah Allah bukan lagi menjadi istilah umum bahasa Indonesia yang dapat dipergunakan oleh semua lapisan masyarakat.

Sebagai umat Kristiani, kita dapat memaklumi keberatan umat Muslim terhadap sebutan Allah tersebut. Kita menghormati dan menghargai landasan keyakinan kaum Muslim. Kita tidak akan tersinggung atau marah terhadap kemungkinan pertimbangan tersebut. Sebagai Uumat Kristiani, kita juga tidak gegabah menyatakan apabila umat Kristiani tidak diperbolehkan menggunakan istilah Allah lebih baik kita pisah saja dari negara kesatuan Republik Indonesia. Landasan keyakinan umat Kristiani adalah kasih. Kasih menyatukan bukan menceraiberaikan. Sampai kini belum ada ketetapan atau Undang-undang yang menetapkan bahwa umat Kristiani dan umat agama-agama lain yang bukan Islam tidak diperbolehkan menggunakan istilah Allah. Tentunya sepanjang ketetapan resmi pemerintah untuk sebutan Allah tidak ada, kita sebagai warga negara Indonesia yang menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia tidak ada salahnya kita tetap mengunakan istilah Allah. Umat Kristen dapat menggunakan istilah Allah tersebut.

Kini mari kita menengok sejenak pemahaman umat Kristiani mengenai istilah Allah. Istilah “Kristen” dikaitkan dengan murid (Kisah Para Rasul 11:26). Murid artinya orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya. Umat Kristen percaya bahwa Yesus merupakan pernyataan Allah yang menjadi manusia. Pernyataan-pernyataan Kitab Suci berikut ini memberi ketegasan bahwa Yesus sebenarnya adalah Allah sendiri.

  • Aku dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30).
    • Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yohanes 10:38).
    • Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa (Yohanes 14:9)
    • Firman itu adalah Allah (Yohanes 1:1). Firman itu telah menjadi manusia (Yohanes 1:14).
    • Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia (Kolose 1:19).
    • Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan (Kolose 2:9).
    • Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah (Ibrani 1:3)
    • Kristus Yesus yang walaupun dalam rupa Allah tidak mengaggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan (Filipi 2:5,6)

Memperhatikan pernyataan-pernyataan Kitab Suci tersebut di atas tampak jelas bahwa Yesus adalah wujud nyata Allah sendiri. Allah yang dalam Kitab Perjanjian Lama disebut El, Eloah, Elohim dan YHWH telah menyatakan diri sebagai manusia di dalam diri Yesus.

Kitab Suci juga mengungkapkan bahwa Yesus adalah Mesias (Yohanes 4:25,26). Mesias artinya Yang Diurapi. Dalam bahasa Yunani disebut Christos.Bagian-bagian penting kitab Perjanjian Lama seperti yang dijumpai di beberapa pasal di kitab Mazmur, Yesaya, Yeremia, Daniel, Mikha, dan beberapa bagian lainnya menubuatkan kehadiran Mesias. Umat Yahudi mengharapkan kehadiran Mesias yang memiliki misi akan memulihkan kembali kejayaan kerajaan Daud. Dari garis keturuanan Daud, Mesias akan lahir. Dalam silsilah Yesus baik yang ditulis dalam kitab Injil Matius maupun Injil Lukas, Yesus secara lahiriah berasal dari keturunan Daud. Yesus adalah Yang Diurapi sebagaimana dinyatakan dalam Lukas 4:18-19. Pengurapan Roh Tuhan tampak dalam baptisan Yesus (Matius 3:16-17).

Sebagaimana fokus nubuatan nabi-nabi dalam kitab Perjanjian Lama berkaitan dengan hadirnya Mesias, dan pengharpan umat Yahudi telah diwujudkan dalam diri Yesus. Yesus yang adalah Mesias sebenarnya adalah Allah sendiri (Roma 9:5).

Pernyataan-pernyataan tersebut di atas membawa pemahaman kita bahwa Allah yang dikenal oleh umat Israel dan nabi-nabi-Nya dalam Perjanjian Lama telah menjadi manusia yaitu di dalam diri Yesus. Rasul Paulus menyatakan bahwa rahasia Allah telah dinyatakan di dalam Kristus (Kolose 2:2). Kita mengenal Allah melalui pengenalan kepada Kristus yaitu Mesias yang telah dinubuatkan dalam Kitab Perjanjian Lama.

Allah yang dipercayai dan dikenal oleh bangsa Yahudi sebenarnya adalah Allah bagi bangsa-bangsa lain juga (Roma 3:29). Allah yang dipercayai oleh Abraham, Ishak, dan Yakub yang disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub perlu dipercayahi oleh bangsa-bangsa di muka bumi. Namun bangsa-bangsa di muka bumi membuat ilah-ilah sendiri dan menyembahnya. Umat Israel juga ikut-ikutan menyembah ilah-ilah yang bukan Allah yang disembah oleh nenek moyang mereka. Semua manusia telah berdosa dan tidak ada yang benar serta tidak ada yang mengenal Allah (Roma 3:9-18).

Sekalipun manusia sudah tidak mengenal Allah, rencana Allah untuk menyatakan diri sebagai Juruselamat tetap dilaksanakan. Setelah genap waktunya, Allah menyatakan diri sebagai manusia dalam diri Yesus (Galatia 4:4). Di luar Yesus kita tidak mengenal Allah (Galatia 4:8).

Ketika rasul Paulus berada di Atena, hatinya sedih melihat kota itu penuh dengan patung-patung berhala. Rasul Paulus menyatakan bahwa orang-orang Atena adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah (Kisah Para Rasul 17:16,23). Rasul Paulus tergerak memberitakan Allahnya yang dia kenal yaitu Yesus yang telah bangkit dari kematian. Kita mengenal Allah atau dikenal Allah bukan melalui berhala, patung, dewa, dewi tapi melalui iman di dalam Kristus (Galatia 4:9; 3:26-27). Iman di dalam Kristus menjadikan kita sebagai anak-anak Allah dan mengenakan Kristus. Istilah “mengenakan Kristus” berarti “dipenuhi di dalam Dia” (Kolose 2:10). Allah yang telah menyatakan diri di dalam Kristus dan umat-Nya yang mengenakan Kristus, umat-Nya dikenal Allah. Umat-Nya mengenal Allah melalui imannya pada Kristus dan Allah mengenal umat-Nya melalui kepenuhan Kristus dalam hidup umat-Nya. Rasul Paulus yang mengenal Allah dan dikenal Allah menyebut Allah sebagai Allah Tuhan kita Yesus Kristus yaitu Bapa yang mulia (Efesus 1:17). 

Dari pemahaman tersebut di atas kita mengerti bahwa Allah yang dipercayai dan disembah oleh umat Israel/Yahudi sebagaimana tertulis dalam kitab Perjanjian Lama telah menyatakan diri di dalam Yesus. Bagi umat Kristen sebutan Allah benar-benar dikenal, dipahami dan diyakini sebagai Allah yaitu Allah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Sebutan Allah tanpa Tuhan Yesus Kristus menjadi sebutan yang hampa tidak berarti apa-apa/sebutan Allah yang tidak dikenal.

Selanjutnya bagi orang-orang Yahudi yang percaya akan Allah yang ditulis YHWH tanpa pengenalan Tuhan Yesus Kristus, sebutan tersebut juga menjadi tidak berarti. Yesus berkata bangsa Yahudi memuliakan Allah dengan bibirnya dan beribadah kepada Allah tetapi apa yang dilakukan mereka sia-sia/percuma saja karena hati mereka jauh dari Yesus dan yang mereka ajarkan adalah sebatas perintah manusia (Matius 15:8-9). Umat Yahudi tidak memahami firman yang disampaikan Yesus (Yohanes 8:43). Sekalipun umat Yahudi menjunjung tinggi nama Allah yang disebut YHWH namun tanpa Yesus umat Yahudi tidak memperoleh hidup kekal di dalam Yesus.

Bagi bangsa-bangsa lain yang menyembah Allah atau ilah-ilah di luar pengenalan Yesus Kristus, penyembahan mereka oleh Kitab Suci dikategorikan sebagai penyembahan yang sia-sia. Sebagaimana rasul Paulus berkata kepada orang-orang di Atena bahwa mereka menyembah Allah namun Allah yang tidak dikenal. 

Jelas tampak perbedaan sebutan Allah bagi umat Kristen dibandingkan umat beragama lain yakni sebutan Allah yang dikenal dan dipahami sebagai Allah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Itu sebabnya apabila istilah Allah tidak diperkenankan dipakai oleh umat Kristen, peniadaan istilah Allah tersebut tidak akan berpengaruh apa-apa bagi kehidupan iman umat Kristen. Karena di dalam Tuhan Yesus Kristus umat Kristen mengenal siapa sebenarnya Allah dan Allah sendiri mengenal umat-Nya melalui nama Tuhan Yesus Kristus.Itu sebabnya Yesus dalam pengajaran-Nya kepada murid-murid-Nya membimbing murid-murid-Nya untuk memanggil Allah dengan istilah Bapa. Dalam kitab Perjanjian Baruistilah Bapa menjadi terkemuka. Umat Kristen perlu memanggil Allah sebagai Bapa karena panggilan inilah yang diajarkan Yesus. 

Dengan demikian sebutan Allah bagi umat Kristen tidak sama dengan sebutan Allah secara umum yang dipergunakan oleh umat beragama non-Kristen. Bagi umat Kristen sebutan Allah dipahami sebagai Yahwe atau Jehova yang dikenal di dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan yang dipanggil/disapa Bapa.

KESIMPULAN NAMA ALLAH 

  1. Istilah nama Allah berasal dari bahasa Arab. 
  2. Orang-orang Kristen pada abad mula-mula yang tinggal di Jazirah Arab telah menggunakan istilah nama Allah yang menunjuk kepada El/Elohim umat Israel. 
  3. Pada masa kehadiran agama Islam, nama Allah menjadi sebutan utama umat Muslim.
  4. Terdapat perbedaan makna dan hakekat antara nama Allah dalam pemahaman iman Kristen atau dasar Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dibandingkan dengan pemahaman nama Allah berdasarkan agama-agama non-Kristen.
  5. Orang Kristen diajarkan menyebut Allah dengan Bapa.   

THEOS, ALLAH di PERJANJIAN BARU

Nama Allah di Perjanjian Baru beda dengan di Perjanjian Lama. Kitab Suci Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Karena itu sebutan-sebutan Allah juga ditulis dalam bahasa Yunani. Pada masa kejayaan Iskandar Agung (atau dalam bahasa Inggris, Alexander the Great), pengaruh Yunani cukup kuat di wilayah sekitar Laut Mediteranian. Orang-orang Yahudi sendiri yang tinggal di wilayah dominasi Yunani menggunakan bahasa Yunani. Bahasa Ibrani mengalami desakan kuat untuk tidak dipergunakan. Kitab Suci Perjanjian Lama yang berbahasa Ibrani juga diterjemahkan ke bahasa Yunani yang disebut Septuaginta, seperti yang sudah diterangkan terdahulu. Perubahan ke bahasa Yunani menyebabkan sebutan-sebutan Allah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunan. Istilah yang dipergunakan oleh Kitab Suci Perjanjian Baru adalah sebagai berikut : 

  1. Nama Allah dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yakni El dan Elohim diterjemahkan Theos. Selanjutnya dalam bahasa Latin diterjemahkan Deus dan dalam bahasa Inggris, God. Sekalipun istilah Theos merupakan sebutan Allah secara umum dalam bahasa Yunani, namun bagi yang memahami sebutan tersebut dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, istilah Theos menunjuk pada istilah El atau Elohim.
  2. Istilah berikutnya dalam Kitab Suci Perjanjian Lama adalah Adonai. Pada zaman Perjanjian Baru orang Yahudi sendiri mensakralkan nama YHWH, orang Yahudi sudah tidak berani lagi menyebutkan nama YHWH, melainkan membacanya Adonai, seperti yang sudah diterangkan terdahulu. Istilah YHWH/Adonai yang artinya Tuhanku atau my Lord dalam Septuaginta diterjemahkan menjadi Kyrios. Di dalam seluruh Perjanjian Baru kita tidak pernah menemukan nama YHWH satu kali pun. Jadi, kalau seluruh penulis Perjanjian Baru tidak pernah memakai nama YHWH/Yahweh (dengan pelbagai alasan), kenapa orang Kristen sebagai umat Perjanjian Baru harus diwajibkan menggunakannya ?

IstilahKyrios sendiri memiliki makna kuasa. Berarti Yahweh yang penuh kuasa. Perlu diakui istilah Yunani Kyriossebenarnya tidak benar-benar sebanding dengan istilah Yahweh. Istilah Yahweh atau dalam bentuk huruf-huruf mati Ibrani, YHWH adalah nama pribadi Allah yang amat spesifik yang diungkapkan kepada Musa. Tidak ada nama lain yang dapat disejajarkan dengan nama YHWH.

Sekalipun tidak sebanding, istilah Kyrios yang diartikan sebagai Tuhan  tetap perlu dimengerti bahwa istilah Kyrios  yang dimaksud sebagai Tuhan  tersebut menunjuk kepada Yahweh.  Itu sebabnya nama Yahweh  dalam Perjanjian Lama bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai  TUHAN (ditulis dengan huruf besar semua)

Sebagaimana telah diketahui umum bahwa istilah Kyriosyang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi Lord,di antara istilah Lordatau Tuan ini juga dipergunakan untuk umum. Dalam kitab Perjanjian Baru bahasa Indonesia, istilah Kyrios/Lord yang menunjuk kepada Tuhan dipergunakan kata Tuhan, bukan Tuan. Dalam percakapan antara Maria Magdalena dengan Yesus, semula dipakai istilah Tuan dalam ungkapan Maria (Yohanes 20:15) karena Maria tidak mengenali Yesus. Namun setelah Maria tahu bahwa yang dihadapinya adalah Yesus sebutan Tuan berubah  menjadi Tuhan (Yohanes 20:18)

Selanjutnya dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, nama YHWH yang diterjemahkan dengan Tuhan ditulis dengan huruf besar TUHAN. Sedangkan sebutan Adonai/Kyrios(yang bukan nama YHWH) ditulis dengan Tuhan, dengan huruf awal saja yakni huruf T yang menggunakan huruf besar. Maka  di seluruh Perjanjian Baru kita tidak akan menemukan sebutan TUHAN dengan huruf besar semua, karena nama YHWH memang tidak dapat ditemukan di dalam nats aslinya, seperti sudah diterangkan di atas.  Misalnya kita mengambil contoh sebuah ayat yang terdapat di kitab Kejadian 22:14, istilah Tuhan ditulis dengan huruf besar semua yakni TUHAN sedangkan misalnya di surat Efesus 6:10 ditulis Tuhan (huruf T saja yang besar).  Itu sebabnya penulisan untuk Tuhan dalam Kitab Suci dibedakan dengan pemakaian huruf besar semuanya dan huruf T saja yang huruf besar.

Sedangkan sebutan untuk Yesus sebagai Tuhan selalu ditulis dengan huruf T besar dan selebihnya huruf kecil.  Pertanyaannya, bukankah Yesus adalah Allah sendiri?  Kenapa sebutan untuk Yesus tidak ditulis TUHAN? Jawaban sudah jelas dari uraian terdahulu. Di dalam seluruh Perjanjian Baru kita tidak pernah menemukan kata YHWH/TUHAN sehingga sebutan Tuhan Yesus tidak pernah ditulis TUHAN.  Namun kalau orang Kristen mengaku Yesus sebagai Kyrios/Tuhan, baik orang Kristen maupun orang Yahudi tahu bahwa Yesus bukan sembarangan Kyrios/Tuan/Tuhan, melainkan Ia setara YHWH. Karena yang disebut Kyrios/Tuhan oleh orang Yahudi dan orang Kristen adalah YHWH saja. Seperti ditegaskan oleh rasul Paulus: “bagi kita hanya ada satu Allahsaja, yang daripda-nya berasal segala sesuatu dan yang untuk dia kita hidup, dan satu Tuhansaja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”Bagi telinga Yahudi dan Kristen ayat ini berbunyi:”bagi kita hanya ada satu Elohimsaja, yaitu Bapa,…..,dan satu YHWH saja yaitu Yesus Kristus,…”

Selanjutnya perlu dipertimbangkan bahwa Yesus sebenarnya adalah Yahweh yang telah menyatakan diri sebagi manusia.  Yahweh hadir di tengah manusia secara nyata yaitu dalam diri Yesus. Namun Kitab Suci berkata bahwa Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan” (Filipi 2:6). Yesus justru mengosongkan diri-Nya dan merendahkan diri menjadi seorang manusia belaka (Filipi 2:7-8). Namun, pengosongan diri itu tidak berarti bahwa Yesus lebih rendah dari Allah Bapa, seperti disangka oleh Saksi Yehowah.

Kembali pada istilah Tuhan atau Lord, sebenarnya istilah Lordmerupakan istilah gelar. Misalnya apabila seseorang dipandang amat berjasa di Inggris, orang tersebut dapat diberi hadiah gelar kehormatan yakni Lord.Sehubungan dengan Yesus, Bapa telah memberi gelar yakni mengaruniakan nama di atas segala nama semua lidah akan mengaku bahwa, Yesus Kristus adalah Tuhan (Filipi 2:9-11)

Sekalipun istilah Tuhan yang dikenakan kepada Yesus dimengerti sebagai gelar kehormatan namun kita tetap percaya  bahwa Yesus sebenarnya adalah Yahweh sendiri. Yesus adalah TUHAN sendiri. Dalam uraian tulisan ini tidak akan dijelaskan secara terperinci bukti konkrit yang menyatakan bahwa Yesus adalah Yahweh atau Tuhan. Bukan sekedar terkait dengan gelar kehormatan Tuhan/Lordtapi Yesus sebenarnya adalah TUHAN/Yahweh, pribadi Allah sendiri. Sebab itu Yesus dapat disebut TUHAN di atas segala Tuhan dan TUAN di atas segala Tuan!

  • Istilah berikutnya yang dipergunakan di kitab Perjanjian Baru yang berkaitan dengan nama Tuhan yaitu Pater,. Istilah Yunani, Paterdalam bahasa berarti Bapa. Kita mengetahui ajaran doa Yesus atau dalam bahasa Inggris terkenal dengan istikah The lord’s prayer.Yesus mengajar doa kepada muri-muridnya dan memohon mereka untuk memanggil Bapa (Matius 6:9). Sekalipun istilah Bapa telah dipergunakan dalam kitab perjanjian lama yaitu misalnya dalam Ulangan 32:6; Yesaya 63:16; Yeremia 3:4 dan ayat-ayat lainnya, istilah Bapa yang dimaksud dalam ajaran doa oleh Yesus menunjukkan hubungan yang amat erat antara umat percaya dan Tuhan. Rasul Paulus juga menegaskan bahwa hanya ada satu Allah saja yaitu Bapa. (1 Korintus 8 : 6).

Ungkapan Bapa sangat penting!  Barangkali sebagai orang Kristen kita sulit menyebut nama Allah dalam bahasa Ibrani. Begitu juga barangkali kita tidak fasih dengan istilah Yunani. Namun untuk istilah Bapa, kita mengenal dan memahaminya. Dalam doa artinya saat kita menghadap Yahweh atau Tuhan, kita dapat menggunakan istilah Bapa. Kita dapat menyapa TUHAN sebagi Bapa. Suatu relasi antara kita dan TUHAN yang sangat erat yang diikat oleh kasih Tuhan. Bukankah hubungan bapa dan anak dalam kehidupan kita sehari-hari dilandaskan atas kasih. Demikian juga hubungan Bapa di sorga yakni TUHAN dengan kita, orang-orang percaya yang didasarkan oleh kasih Bapa.

Istilah Bapa inilah yang telah diajarkan Yesus untuk memanggil Yahweh. Barangkali di sekitar kita terdapat banyak ilah. Mungkin kita menyebut Allah merasa kurang lengkap karena ‘kan orang lain dalam agama yang dipeluknya juga memanggil Allah. Disinilah ajaran Yesus yang amat bermanfaat bagi kita dengan panggilan Bapa terhadap Yahweh. Dengan memanggil Bapa, kita paham bahwa tujuan panggilan tersebut adalah pada Yahweh. Panggilan tersebut ditujukan pada Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub. Sekalipun kita sudah tidak melafalkan nama YHWH secara tepat dan para ahli menyebutnya Yahweh dan ahli lain menyebutnya Yehowah, kita diajarkan Yesus untuk menyebutnya Bapa. Bagi Yesus percuma saja orang mengenal dan menyebut YHWH sebagai Yahweh atau Yehowah tapi tidak memiliki keintiman hidup dengan Yahweh atau Yehowah itu sendiri. Dengan sebutan Bapa diharapkan keintiman antara kita dan YHWH terjalin. Kita pun tidak ragu memanggil nama YHWH yang amat sulit menyebutnya dengan tepat. Cukup kita sebut Bapa sebagaimana yang Yesus ajarkan. 

KESIMPULAN NAMA ALLAH DI PERJANJIAN BARU 

  1. Istilah nama YHWH tidak dijumpai di seluruh kitab-kitab Perjanjian Baru.
  2. Istilah nama Allah dipergunakan di kitab Injil dan kitab-kitab lainnya di Perjanjian Baru adalah sebutan Bapa. 
  3. Istilah nama Allah telah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani karena seluruh kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. 

KESIMPULAN

  1. Nama Allah secara umum dikenal dalam kitab Perjanjian Lama sebagai El atau Elohim. Untuk membedakan dengan ilah-ilah lain, istilah El atau Elohim dihubungkan dengan kata keterangan yang menunjukkan sifat, kualifikasi atau nama pribadi nenek moyang umat Israel 
  2. Nama Yahweh merupakan nama pribadi Allah yang diungkapkan Allah kepada Musa. Nama tersebut sebenarnya dikenal dalam bentuk huruf mati yakni YHWH. Huruf bahasa Ibrani terdiri dari huruf-huruf mati. Sebutan Yahweh merupakan sebutan yang diperkirakan paling mendekati sebutan aslinya. Sejumlah ahli juga menyebut Yehowah atau dalam Kitab Suci bahasa Jawi Yehuwa, dalam Bibel bahasa Batak ditulis Jahowa. Dan dalam bahasa Inggris Jehovah.
  3. Huruf akhir h dari Istilah Yahweh atau Yehowah dapat dipergunakan atau dapat juga tidak dipergunakan sesuai dengan aturan bahasa Ibrani. Jadi istilah Yahweh dapat disebut Yahwe. Istilah Yehowah dapat disebut Yehowa atau dalam bahasa Inggris, Jehovahatau Jehova. 
  4. Sebutan orang Israel untuk Allah mereka YHWH lambat laun pudar. Dari generasi ke generasi, istilah YHWH diturunkan dalam bentuk tulisan. Tidak lagi diucapkan. Bagi orang Israel istilah YHWH dianggap terlampau sakral. Sebagai pengganti sebutan YHWH umat Israel menyebut Adonai/Adonay. 
  5. Nama Yahweh tidak harus dimutlakkan sebagai sebutan terhadap Allah. Para rasul penulis Perjanjian Baru malah tidak pernah menggunakan nama Yahweh. Demikian pula umat Kristiani tidak harus menyebut Yahweh. Tidak perlu ada perasaan sebab tidak menyebut nama Yahweh. Barangkali orang Kristen tidak diperbolehkan menyebut nama Allah karena sebutan Allah yang bukan Allah melanggar firman Tuhan. Dalam konteks ini, kita perlu memahami bahwa istilah YHWH oleh orang Israel sendiri sudah tidak mampu diucapkan. Mereka sudah tidak tahu tepatnya melafalkan istilah YHWH. Keliru mengucapkan berarti fatal bagi kehidupan mereka. Karena itu istilah YHWH dibiarkan tetap dalam bentuk empat huruf mati. Sejumlah ahli kemudian berusaha menggali ucapan yang benar dari YHWH. Para ahli tiba pada kesimpulan bahwa YHWH dilafalkan Yahweh dan sebagian lagi melafalkan Yehowah. Apabila sebutan tersebut dipertentangkan pastilah akan timbul dua kubu/kelompok yang dapat mengakibatkan permusuhan. Kelompok yang satu pasti merasa yang paling benar dibandingkan kelompok yang lain. Jelas kondisi semacam ini tidak berguna bagi perkembangan misi keselamatan umat manusia oleh Injil Kristus. 
  6. Dalam kitab Ayub kita telah mempelajari bahwa Ayub dalam percakapannya dengan ketiga temannya yang non-Israel, Ayub tidak menggunakan istilah Yahweh. Ayub lebih leluasa memakai istilah El, Eloah dan Elohim. Tujuannya agar percakapan dapat berlangsung baik dan teman-temannya juga mampu memahami apa yang mau diberitakan Ayub. Demikian juga dengan percakapan kita sebagai orang Kristen dengan individu lain yang non-Kristen, kita perlu menggunakan istilah-istilah umum yang dipergunakan yang dapat menjembatani percakapan kita. Jelas kita tidak menurunkan derajat, nilai dan hakekat dari Tuhan kita apabila kita menggunakan istilah yang pada umumnya dipakai masyarakat luas, namun kita perlu menghargai pihak lain sehingga dalam percakapan tersebut dapat dihasilkan hal-hal yang konkrit. Tentunya sasaran kita juga untuk memenangkan jiwa yang terhilang. Kita dapat membandingkan dengan cara rasul Paulus memberitakan Injil kepada orang-orang di Atena.Paulus membuka pemberitaannya dengan kata-kata, “kepada Allah yang tidak dikenal” (Kisah Para Rasul 17:23). Istilah umum yang dipergunakan untuk sebutan Allah dipakai oleh Paulus.Tidak absolut dipakai istilah Yahweh. 
  7. Dalam kitab Perjanjian Lama terjemahan Yunani (Septuaginta) dan dalam kitab Perjanjian Baru, Yahweh diterjemahkan sebagai Kyrios (Tuhan) sedangkan Elohim sebagai Theos (Allah). Sekalipun terjemahan Yunani tersebut kurang sebanding dengan istilah Yahweh dalam bahasa Ibrani namun sasaran kitab Septuaginta agar masyarakat Yahudi yang telah kehilangan bahasa asal – Yahudi dan telah menggunakan bahasa Yunani serta masyarakat non-Yahudi yang berbahasa Yunani dapat memahami siapa Yahweh atau siapa Allah yang sebenarnya.
  8. Istilah Allah berasal dari bahasa Arab. Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh mengecilkan, mendiskreditkan atau menyepelekan istilah Allah tersebut. Kita tidak boleh menghina orang Islam. Sebaliknya juga kita tidak perlu takut menyebut nama Allah. Karena pada awalnya sebutan Allah dalam bahasa Arab adalah sama dengan El atau Elohim umat Israel. Pada masa Jahiliahsaja, istilah Allah oleh banyak orang Arab disamakan dengan dewa-dewa/ilah-ilah. Memang patut diakui sebutan Allah dalam pengertian agama non-Kristen berbeda dengan sebutan dan makna Allah dalam iman Kristen
  9. Apabila terdapat orang Kristen baru yang merasa ragu menyebut nama Allah sebab nama Allah diimajinasi/dipikirkan berasal dari istilah Arab dan berkaitan dengan dewa/berhala maka sebaiknya orang Kristen yang ragu tersebut untuk sementara waktu dapat memakai nama Tuhan. Namun bagi orang Kristen yang memiliki iman yang teguh berdasarkan kebenaran firman Tuhan dan memahami sebutan Allah berlandaskan iman pada Kristus sebagaimana diajarkan oleh Kitab Suci tentunya imajinasi atau pemikiran yang negatif atau tidak baik tersebut wajib dibuang jauh-jauh. Sebaliknya wajib memikirkan hal-hal yang baik dan positif (Filipi 4:8). Bagi orang Kristen yang beriman positif sebenarnya tidak perlu ragu atau takut menyebut nama Allah. Karena istilah nama Allah merupakan istilah yang sudah dikenal umum oleh masyarakat Indonesia. Sebagai orang Kristen dewasa iman, kita memahami bahwa sebutan Allah bagi orang Kristen berbeda makna dan hakekatnya dengan sebutan Allah oleh pihak-pihak non-Kristen. Kita menggunakan nama Allah dengan pengertian Allah adalah Yahweh yang telah menyatakan diri di dalam Tuhan Yesus Kristus. Terkecuali negara mengeluarkan undang-undang yang tidak mengijinkan umat Kristen menggunakan istilah Allah, kita sebagai umat Kristen tidak akan memakai sebutan Allah. 
  10. Sebagai orang Kristen kita dapat menyebut Allah sebagai berikut : Allah yang kami kenal di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Atau Allah yang kami panggil Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Atau agak lebih panjang sebutannya, Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub (tidak ada Allah Ismael dalam kitab suci jadi tidak perlu ditambahkan sebutannya). Yang kami kenal dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan yang kami panggil Bapa, Putera dan Roh Kudus, inilah contoh-contoh sebutan Allah di dalam terang pemahaman iman Kristen yang tujuannya adalah kepada Yahweh yang membedakan dengan sebutan Allah oleh pemeluk agama non-Kristen. 
  11. Penekanan yang berlebih-lebihan terhadap suatu istilah atau pokok ajaran Kristen dalam pengalaman perjalanan sejarah gereja selalu penimbulkan perpecahan. Misalnya penekanan glosolaliamenghasilkan pertikaian di antara gereja Tuhan. Penekanan nama Allah misalnya harus memakai nama Yahweh atau Yehowah juga dapat menimbulkan perpecahan. Berarti kita sebagai umat Kristen tidak menghasilkan hal-hal positif, konstruktif, dinamis tapi sebaliknya negatif destruktif. Yang paling penting iman kita selalu kita tujukan kepada Tuhan yaitu kepada Yahweh yang kita kenal dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan yang kita panggil Bapa. Kita dapat menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa suku-suku/dialek tertentu untuk sebutan Allah yang tujuannya di satu sisi menghargai/menghormati bahasa bangsa sendiri yang tentunya tetap dalam koridor iman sebagaimana ajaran Kitab Suci. Di sisi lain melalui sebutan yang secara umum dipergunakan untuk sebutan Allah dalam bahasa Indonesia atau bahasa suku/dialek, kita dapat membangun relasi antar satu terhadap yang lain dan sekaligus Injil dapat diberitakan untuk membawa jiwa-jiwa bertobat di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Melalui persahabatan yang dibangun sebaik-baiknya atas dasar kasih Kristus pemahaman iman Kristen dapat disalurkan baik melalui kata-kata maupun melalui perbuatan sehari-hari. 

Perlu kita maklumi bahwa Tuhan telah mengijinkan Kitab Suci Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang disebut Septuaginta dengan tujuan agar orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani dan orang-orang Yunani mampu mengenal Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Selanjutnya Tuhan juga mengijinkan Kitab Suci Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Di kemudian hari, terjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa telah mencapai pelbagai bangsa dan suku bangsa di seluruh penjuru dunia. Tentunya istilah seperti El, Eloah, Elohim, YHWH atau Yahweh/Yehovah ikut diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa. Tujuannya agar Injil dapat disebarkan ke seluruh dunia. Dengan demikian kita sebagai murid-murid-Nya dapat melaksanakan amanat Tuhan Yesus Kristus sebagaimana tertulis dalam Matius 28:19-20 dan Kisah Para Rasul 1:8. 

HINDARI FANATISME ISTILAH

Mengikuti uraian Pdt. DR. Idrawan Eleeas dan kesimpulan-kesimpulannya, wawasan pemahaman kita tentang nama Allah dan Yahweh tentu menjadi semakin terbuka. Kalau kita mau terik-tarik ke asal-usul atau akar istilahnya maka semua istilah Tuhan Allah, apakah Elohim, El, Eloah, Yahweh, Yehova, Theos, Allah atau God, pernah atau dapat juga dipakai untuk sebutan “tuhan yang tak benar”.

Karena itu, kita harus menghindari fanatisme istilah, apalagi kalau kita sendiri tidak faham betul bahasa dari istilah atau kata tersebut.

Yang pasti Tuhan kita yang benar, yang pencipta itu, mengerti dan memahami semua bahasa.

Biarlah penggunaan kata Tuhan atau Allah mengalir sesuai dengan penggunaan dalam setiap bahasa. Kita tidak perlu terjebak kepada satu istilah dari satu bahasa tertentu, misalnya bahasa Ibrani atau bahasa Yunani. Pengikut Yesus Kristus di seluruh dunia dapat memanggil Tuhan dalam berbagai bahasa dan membaca Kitab Suci (Bible) dalam bermacam-macam bahasa.

TUHAN MEMBACA HATI

Manusia mengungkapkan perasaan, pikiran dan keyakinannya dengan bahasa. Dan ungkapan, ucapan dan tulisan manusia dalam suatu bahasa dapat berbeda dan bahkan mungkin bertentangan  dengan bahasa yang lainnya. Jadi mungkin saja penggunaan nama Tuhan atau nama Allah di satu bahasa dapat berbeda sekali dalam bahasa yang lainnya, namun seperti saya tekankan di atas, Tuhan Yesus Kristus, Allah yang mahatau, mengerti semua bahasa.

Apalagi Kitab Suci (Alkitab) menyatakan bahwa : Tuhan melihat hati (1Samuel 16:7), Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita (1 Tawarikh 28:9), Ia mengetahui rahasia hati (Mazmur 44:22). Apapun sebutan kita mengenai nama Tuhan atau nama Allah, DIA di sorga mengetahui niat hati kita apakah Tuhan Yesus Kristus atau tuhan yang lain.

Mungkin saja bunyi melafalkan Yesus Kristus menurut bahasa setiap bangsa dan suku, tidaklah sama, namun Tuhan berkuasa membaca hati kita.

Sebaliknya, apabila ada yang memakai istilah YHWH atau Yahweh atau Yehova, tetapi tanpa Yesus Kristus, maka Yahweh itu juga tidak benar.

PENUTUP

Seperti saya utarakan pada pendahuluan, saya tidak mau umat Kristen terjebak kepada kontroversi nama Allah. Karena fanatisme pro dan kontra tentang sebutan Allah atau Yahwe pasti akan mengganggu pertumbuhan kesatuan tubuh Kristus, bahkan dapat menimbulkan perpecahan gereja yang menyakitkan hati Tuhan.

Sudah hampir 4 abad sebutan nama Allah tercantum dalam Alkitab bahasa Melayu dan kemudian dalam bahasa Indonesia. Hasil pemberitaan Injil selama lebih 3 ½ abad di Inonesia dengan memakai sebutan Allah telah menghasilkan jutaan orang Indonesia dari beragam suku, bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai penyelamat hidupnya. Sebab Tuhan atau Allah atau sebutan apa saja tentang sesembahan kita, adalah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Memang saudara-saudara kita yang menentang sebutan Allah kini juga mengajak agar sebutan Yesus Kristus kembali ke bahasa Ibrani yaitu Yeshua Hamashiah.

Kita pun tidak harus terlalu prasangka kepada saudara-saudara kita seiman yang tidak lagi mau mempergunakan istilah Allah. Kita berusaha terus meluruskan pemahaman tentang sebutan Allah seraya mendoakan mereka agar tidak terperangkap ke dalam phobia apalagi kebencian kepada mereka yang menggunakan sebutan Allah, sebab bukankah kita semua percaya hanya kepada satu Tuhan di dalam Yesus Kristus.

Dewasa ini umat Kristiani di seluruh dunia sudah mencapai 2 milyar lebih. Mereka percaya pada Yesus Kristus dalam bahasa mereka masing-masing. 

Puji Tuhan! Hargailah anugerah Tuhan dan jangan terperosok kepada kebimbangan istilah. Iman mengalahkan segala-galanya.

Tuhan Yesus Kristus memberkati semua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *