Article

PEKABARAN INJIL DENGAN DIMENSINYA YANG LUAS

PEKABARAN INJIL DENGAN DIMENSINYA YANG LUAS

Oleh Pdt. M.D. Wakkary

 

Pendahuluan 

Dalam gereja, misiologi selalu diajarkan dan mendapat penekanan yang khusus. Sebab Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus yaitu memberitakan Injil ke seluruh dunia masih menjadi misi sentral gereja. Sampai hari ini, tugas mulia yang diamanatkan Tuhan Yesus itu belum selesai dikerjakan, belum mencapai penggenapannya yang tuntas. 

Pemberitaan Injil dan pemuridan merupakan mandat Illahi kepada gereja mulai dari tingkat lokal sampai kepada skala global, yang memiliki visi dengan jangkauan amat luas yaitu mencapai semua kaum, seluruh suku-suku, segala bahasa dan semua bangsa di seluruh dunia. 

Ini berarti bahwa penginjilan memiliki suatu visi pelayanan yang lintas budaya, lintas bangsa-bangsa, lintas suku-suku dan lintas bahasa-bahasa. 

Karena tugas akbar ini belum rampung, maka seluruh aktivitas gerejawi, harus diarahkan kepada tujuan yang luhur ini  yaitu agar setiap laki-laki dan perempuan yang berdiam di bumi ini mendapat kesempatan mendengar Injil dan mengenal Yesus Kristus, sang Juruselamat umat manusia.  

Penginjilan, Penginjil, dan Injil 

Penginjilan adalah bagian tak terpisahkan dari misi Gereja.

Gereja di dalam dunia adalah pelaksana (agent)dari amanah agung Tuhan Yesus. 

Gereja diutus ke dalam dunia untuk melayani semua orang penduduk bumi ini, dan menyatakan belas kasihan Allah untuk seluruh kebutuhan umat manusia. 

Ketika Gereja menjamah dunia melalui penginjilan yang sensitif, pelayanan yang peduli, oposisi profetik terhadap ketidakadilan, dan mengindentifikasi dengan penderitaan orang lain, ia telah terlibat dalam misi. Misi sebagai partisipasi dalam Missio Dei adalah realitas yang lebih luas dari penginjilan. Namun, Penginjilan adalah kebutuhan mutlak, yang esensial dan komponen sentral dari pelayanan misi Gereja. 

Apabila Gereja tidak terlibat dalam penginjilan, berarti ia berhenti berpartisipasi dalam misinya Allah. Tetapi, Puji Tuhan, penginjilan tetap jalan terus dan tidak letih melaksanakan fungsi yang Allah menyalurkan karunia keselamatan kepada dunia, karena untuk itulah Dia telah mengutus Putra-Nya. 

Kata penginjilanberasal dari kata bahasa Yunani eungalion, dan empat bentuk kosakata, dua kata kerja bermakna “memproklamasikan berita baik”(to proclaim good news),dan dua kata benda, satu berarti “penginjil” (evangelist) dan yang kedua “berita baik” yang dibawa oleh si “penginjil”. 

Euangelion,istilah ini terfokus pada “suatu pesan yang akan dikomunikasikan”.  Menarik untuk dicatat istilah ini berasal dari kata angelos yang berarti “malaikat” atau “utusan” dari Tuhan. 

Berita atau Kabar Baik adalah untuk diproklamasikan(kerusso)seperti suatu tanda deklarasi kemenangan. Kabar Baik dapat dideklarasikan dengan entusiasme(apophthengestai) dan secara terbuka dan bebas(“parresiadzesthai”), bahkan berteriak dalam suara yang keras (krazo). Atau dapat dilakukan dengan cara berbicara(“lego,laleo”)yang sederhana setiap hari, atau dengan cara percakapan(“homileo”)dengan lain orang. Dapat juga didiskusikan (“dialegesthai”), dijelaskanatau ditafsirkan (“diermenerio”), ditransmisikan (‘paradidomai’)atau lebih sederhana : diumumkan (“angello”)

Penginjilan adalah pesan dalam bentuk pengakuan (homologeo),suatu realitas tentangnya seorang penginjil bersaksi (matureo), yaitu suatu hal yang secara pribadi diketahuinya sebagai Kabar Baik yang dinamis dan berkuasa. 

Firman dari Allah ini dapat dijabarkan(“diegeisthai, ekdiegeisthai, exegeisthai”). 

Firman dapat diekspresikan dengan suatu keyakinan sehingga mereka yang menerimanya ditemplak (parakleo), ditegur keras (elencho), diperingati serius (epitimao)dan dibujuk(pertho). Firman ini disampaikan bukan saja kepada mereka yang belum pernah mendengar Injil Kerajaan Allah tetapi juga kepada orang Kristen. 

Mereka diajar (didasko) tentang Berita Baik, dan Injil diungkapkan (gnorizo)pada mereka. 

Istilah-istilah yang banyak ini dikutip untuk menggambarkan betapa penginjilan memiliki pemahaman, baik substansi maupun proses, yang luas dan ragam dimensi-dimensinya. 

Kata Penginjil,berbeda dengan istilah-istilah Junani tentang penginjilan, ditemukan jarang dalam Alkitab, hanya tiga kali : Kata Penginjil dihubungkan dengan Filipus (Kisah 21:8), Timotius (II Timotius 4:5), dan istilah pemberita-pemberita Injil sebagai karunia jawatan kepada Gereja (Efesus 4:11). 

Kemungkinan minimnya penggunaan istilah Penginjil dalam Perjanjian Baru disebabkan dua kesimpulan. Pertama, karena seluruh Gereja terlihat sebagai terlibat dalam tugas memproklamasikan Injil. Melalui kontak-kontak sehari-hari, penyampaian Firman di tempat kegiatan orang ramai (marketplace), dan melalui tindakan pelayanan kasih serta aksi sosial semua anggota Tubuh Kristus yang terlibat dalam mendeklarasikan realitas dari Injil. Karena mengkhususkan diri hanya dalam pelayanan pemberitaan, sebagian orang percaya boleh jadi diakui memiliki panggilan spesial dan karunia untuk mengkomunikasikan Injil kepada masyarakat, yaitu sebagai penginjil. 

Kedua, boleh jadi karena fokus perhatian begitu kuat pada proklamasi dari Berita Baik sehingga soal orang per orang dalam fungsi jawatan penginjil tidak begitu dihiraukan. 

Bahkan di Perjanjian Baru soal-soal jawatan dan hirarki organisasi tidak ditonjolkan sebab hanya persyaratan penatua (presbuteros),penilik-jemaat (episkopos), dan diaken (diakonos) dalam gereja lokal yang diuraikan agak rinci. 

Namun demikian, jelas ada perbedaan tentang tugas atau misi penginjilan dengan orang atau figur yang memberitakan Injil. Karena itu David Watson dalam bukunya I believe in Evangelism menulis : 

“altough evangelism is a prime responsibility of the whole Church and to that extent all Christians are called to be involved in evangelism, not all Christians are called to be evangelists. All Christians belong to the Church, which is inescapably involved in evangelism, but many Christians will find their primary sphere of service within the Body of Christ”. 

Injil, yaitu Berita-Baik, dengan pesan inti tentang keselamatan di dalam Kristus yang telah mati dan bangkit. 

“Dan sekarang saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. 

Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berdiri. 

Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu kecuali kamu telah sia-sia menjadi percaya. 

Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci ; 

(I Korintus 15:1-4).

Isi (content) yang esensial dari Kabar-Baik ialah :Yesus Kristus telah mati untuk dosa-dosa kita dan telah bangkit untuk hidup baru. Apapun Injil itu diuraikan, Ia bersentral ke dalam pribadi dan tindakan-tindakan dari Yesus Kristus. Keselamatan yang dideklarasikan di dalam Injil ditemukan dalam pribadi Yesus Kristus. J.D. Douglas dalam bukunya Let the Earth Hear His Voice, mengeluarkan statement yang mengekspresikan jantungnya Injil, sebagai berikut: 

“To evangelize is to spread the good news that Jesus Christ died for our sins and was raised from the dead according to the Scripture, and that as the reigning Lord he now offers the forgiveness of sins and the liberating gift of the Spirit to all who repent and believe”.  

Kongres Lausanne tentang World Evangelism (tahun 1974) memberikan suatu definisi detil tentang Penginjilan (Evangelism). 

“To evangelise as to spread the good news that Jesus Christ died for our sins and was raised from the dead according to the Scripture, and that as the reigning Lord he now offers the forgiviness of sins and the liberating gift of the Spirit to all who repent believe. Our Christians presence in the world is indispensable to evangelism and so is that kind of dialogue whose purpose is to listen sensitively in order to understand. 

But evangelism itself is the proclamation of the historical, biblical Christ as Savior and Lord, with a view to persuading people to come  to him personally and so be reconciled to God. 

In issuing the Gospel invitation we have no liberty to conceal the cost of Discipleship. Jesus still calls all who would follow him to deny themselves, take up their cross, and identify themselves with his new community. The results of evangelism include obedience to Christ, incorporation into his church and responsible service to the world”.

Segala definisi ini mengekspresikan aspek-aspek yang beragam tentang penginjilan, untuk menggugah kita semua agar jangan melupakan misi yang besar yang belum selesai ini, dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan, terutama karena kita sedang melayani di akhir zaman ini.

Untuk mempersingkat saya angkat suatu definisi sederhana tentang menginjil : 

“To evangelize is to communicate the Gospel in a such a way that men and women have a valid opportunity to accept Jesus Christ as Lord and Savior and become responsible members of his Church”.  

Metode “EE”, Kelompok Sel, dan visi G-12

Dewasa ini tengah bergerak suatu metoda penginjilan pribadi (pelayanan perorangan) yang bernama “Evangelism Explosion” atau “EE”. 

Metode EE pada prinsipnya adalah penginjilan seorang ke seorang dengan pendekatan dialog yang sederhana, popular, hati ke hati, berbentuk percakapan tetapi ada juga esensi Alkitabiah. 

Metoda EE ini sering disebut dengan “penginjilan ngerumpi” karena pendekatannya ialah “berteman” dan bercakap-cakap”.

Metoda ini terbukti cukup berhasil memenangkan kaum Kedar-Nebayoth untuk percaya kepada Yesus Kristus. 

Strategi yang digunakan secara luas sekali, karena sudah terbukti dalam pertumbuhan gereja-gereja mega (sangat besar) seperti di Seoul (Korea), ialah Kelompok Sel. 

Ternyata Kelompok Sel di rumah-rumah, di sekolah-sekolah, di kantor-kantor, sangat efektif sebagai sarana penginjilan. Sebab melalui kelompok sel, gereja menginjil dan melayani komunitasnya. 

Bukan saja gereja-gereja besar di Korea berhasil melalui kelompok sel, tetapi gereja-gereja di Nigeria, di Uganda, di Zimbabwe, berhasil menjangkau komunitasnya melalui pelayanan-pelayanan yang kelihatannya hanya penginjilan mini. 

Dalam lima tahun terakhir semakin populer gereja yang bertumbuh pesat dan menginjl melalui Prinsip atau visi G-12. 

Kalau kelompok sel menjadi populer karena diimplementasikan gereja Yoido Full Gospel Church di Seoul dalam penggembalaan Pdt. Yonggie Cho, Prinsip G-12 berhasil diimplementasikan oleh Pdt. Ceasar Castellanos dari Gereja International Charismatic Mission, di Bogota, Columbia. Gereja Lokal ini sekarang memiliki 55.000 sel G-12. Luar biasa!

Pekabaran Injil pada akhirnya bertujuan multiplikasi jemaat. 

Penginjilan dengan pelayanan rumah ke rumah, dan ladang ke ladang, namun disertai penindasan dan aniaya, paling berhasil terjadi di RRT (China mainland). Waktu komunis berkuasa di tahun 50-an, hanya tinggal ribuan yang masih bertahan sebagai pengikut Kristus. 

Tetapi kini di Tiongkok, ditaksir terdapat lk. 100 juta umat Kristian. Walaupun tidak ada organisasi gereja atau sinode, bahkan tidak ada gedung-gedung gereja.    

Penginjilan dan Pemuridan

Amanat agung Tuhan Yesus Kristus dalam Matius 28:19-20 berbunyi : 

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 

dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah : Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.

Memahami ayat ini secara eksegesa, jelas sekali bahwa penginjilan harus mencapai semua bangsa, penginjilan berskala global, pelayanan berdimensi lintas budaya yang mempunyai gol yaitu menjadikan umat manusia muridnya Tuhan Yesus. 

Dan kepada murid diajarkan segala sesuatu yang difirmankan Tuhan. Inilah proses pemuridan. 

Dengan ini cukup jelas bahwa penginjilan berarti juga pemuridan. Di mana proses mengajar-belajar terlihat di dalamnya. 

Karena itu, jangan diabaikan peran Kelompok Sel, atau G-12, sebab dalam pemuridan kita selalu mengacu kepada II Timotius 2:2, yang mengandung makna penggandaan atau multiplikasi. 

Di sini penginjilan terarah kepada pertumbuhan gereja yang sehat, terarah, dan mendewasakan. 

Penginjilan Menjangkau Berlaksa-laksa

KKR-KKR di banyak negara dan daerah dilakukan oleh banyak penginjil. Di antara sedemikian banyak penginjil, saya tertarik pada 2 nama : Reinhard Bonke dan Benny Hinn. 

Bonke yang lebih terpanggil untuk benua Afrika, dalam 15 tahun ini telah menginjil kepada puluhan juta manusia. 

Benny Hinn ditopang oleh televisi lintas negara, setiap tahunnya Firman Tuhan yang diberitakannya, disaksikan dan didengar oleh jutaan manusia. 

Kini, Tuhan izinkan penginjilan mendapat pengurapan Roh Kudus yang dahsyat dan dapat menjangkau jutaan-jutaan orang, karena penduduk dunia sudah melebihi 6 milyar, dan kedatangannya kembali ke bumi sudah dekat. 

Kita berdoa dan berharap akan ada lawatan Tuhan yang besar di Indonesia, terutama untuk menjangkau Kaum Kedar-Nebayoth, di mana Anda semua juga akan digunakan Tuhan menjadi “tangan-tanganNya” meraih bangsa ini.

TEKNOLOGI dalam Penginjilan 

Berpacu dengan waktu, untuk memanfaatkan habis-habisan “kairos” Tuhan, penginjilan harus seoptimalnya menggunakan fasilitas segala media untuk pekabaran Injil. 

Penginjilan dapat dilakukan via Radio, Televisi, Telefon, Literatur, Internet, Film/Movies Sinetron, Drama, Konser Musik, Casette, VCD, LCD, DVD, Majalah, Koran, dan lainnya. 

Kita harus manfaatkan kemutahiran teknologi untuk pekabaran Injil, sebelum Antikris akan menggunakannya di masa tribulasi. 

Kita tidak boleh tersendat karena terpaku pada metode, cara dan teknologi lama. Kita sering terbuai oleh nostalgia, kesuksesan masa lalu. 

Kita musti memacu ke depan. Di hadapan kita menanti 180 juta manusia Indonesia yang harus diinjili, di depan kita terbentang tuaian luas dari lebih tiga milyar manusia. 

PENUTUP : Surga, segala bangsa, suku, kaum dan bahasa terwakili

Dalam Kitab Wahyu 7:9 tertulis : 

“……sesungguhnya, suatu kumpulan  besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka”. 

Di surga semua bangsa, suku, kaum dan bahasa terwakili. Berarti Injil Yesus Kristus yang menyelamatkan harus lebih dahulu menjangkau segala bangsa, suku, kaum dan bahasa di seluruh pelosok permukaan bumi. 

Injil harus mencapai seluruh dunia, lalu Yesus Kristus akan datang kembali. 

Mari terus memberitakan Injil ! 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *