Article

Pelayanan Lintas Budaya

oleh Pdt. M.D. Wakkary

Yesus berkata : “Ladang ialah dunia”. (Matius 13:38). 

Gereja akhir-akhir ini sering mengetengahkan istilah “tuaian global”. Hal ini untuk memperingatkan kita agar pelayanan tidak terpaku kepada tingkat lokal, daerah atau nasional saja. Memang kesaksian Injil dimulai di tingkat lokal (“Yerusalem”) tetapi juga harus sampai ke skala global (“ujung bumi”). 

Perhatikan ayat-ayat ini : Matius 16:15, Kisah Para Rasul 1:8, Matius 28:19, Matius 24:14, Lukas 24:47, Roma 1:5, Wahyu 7:9, Wahyu 5:9. 

Berita Injil harus mencapai seluruh dunia, seluruh bangsa, semua kaum, semua suku dan semua bahasa. 

Pelayanan pemberitaan Injil dan pemuridan baru berakhir setelah seluruh penduduk globe dunia ini mendengar Injil Yesus Kristus. 

GPdI pada bulan Juni yang lalu, dalam Konperensi Internasionalnya di Chicago, telah diterima dalam Keluarga Besar Gereja “The Foursquare Gospel Churches”. GPdI menjadi mitra gereja besar ini sebagai negara ke-145. GPdI secara langsung sudah terlibat dalam kegiatan gerejawi skala global. 

GPdI juga jangan melupakan sejarah, bahwa Kabar Injil Sepenuh datang ke Indonesia 84 tahun yang lalu, dari suatu gereja lokal di kota Seattle (Amerika Serikat) dan mencapai Indonesia di Asia Tenggara. Kita merupakan bagian dari pekabaran Injil lokal yang sampai ke skala global. 

Planet bumi dewasa ini sudah memiliki penghuni lebih dari 6 milyar manusia. 60 persen lebih berdiam di benua Asia, di antaranya dua bangsa terbesar di dunia yaitu China dengan 1,3 milyar (mayoritas agama Budha dan atheis komunis) dan India dengan 1,1 milyar jiwa (mayoritas agama Hindu). Di samping itu terdapat satu komunitas agama yang besar dan terbanyak penganutnya bermukim di Asia yaitu komunitas Islam dengan 1,3 milyar pengikutnya. Justru ketiga komunitas dunia yang besar ini masih sangat kurang merasakan jamahan penginjilan dan lawatan kabar-baik keslamatan di dalam Yesus Kristus. 

Komunitas muslim global yang besar ini yaitu lebih dari 1,3 milyar, termasuk saudara sebangsa di bumi Indonesia yang berjumlah 83,8 persen dari 217 juta penduduknya, yaitu sekitar 180 juta orang. 

Di Indonesia, hadir juga komunitas Budha (terbanyak masyarakat keturunan Tionghoa) dan masyarakat Hindu yang mayoritas menghuni Pulau Bali. 

MISI INJILI DAN TANDA PENUTUP ZAMAN

Hubungan erat misi dan akhir zaman dapat kita lihat dalam Matius 24:14 : 

“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya”

Injil harus diberitakan sampai seluruh dunia (kini berpenduduk 6,2 milyar manusia) dan disaksikan kepada semua bangsa (191 negara anggota PBB, ±11.900 kaum/peoples group, ±240 negara dan teritori, 6530 bahasa), barulah tiba kesudahannya (telos) ; “and the end will come”. 

Teologi akhir zaman menugaskan gereja dalam dua hal yang sangat penting : pertama, pekabaran Injil global, dan kedua kesempurnaan gereja universal. 

Misi global harus rampung dulu, lalu sejarah dunia berakhir. Berarti salah satu tanda akhir zaman terpenting terbesar sebelum dunia kiamat, ialah berhasilnya Injil mencapai seluruh penduduk planet Bumi ini, termasuk menjangkau 217 juta penduduk Indonesia dengan        ±500 sukunya, yang bermukim di ribuan pulaunya.  

GPdI berhutang kepada misi global, karena itu sebelum Yesus datang kembali, kita harus lunasi hutang tersebut. GPdI harus mengambil langkah-langkah konkret mengirim misionari ke luar Indonesia, ke mancanegara.

Negara-negara ASEAN, tetanggga kita, perlu perhatian yang prioritas. 

Ladang Misi Lintas Budaya di Indonesia 

Manurut sensus terakhir penduduk Indonesia sebelum Pemilu 2004, umat Kristiani di Indonesia sudah mencapai 11,8 persen. 

Banyak orang Kristen menyangsikan akurasi persentase ini, apakah hanya sebegitu besar bukankah gereja-gereja bertumbuh pesat di mana-mana di negeri ini ? 

Namun, jikalau kita mau jujur, sudah berapa persen saudara-saudara kita dalam Kaum Kedar-Nebayot ini yang sudah menerima Yesus Kristus ? Berapa persen anggota-anggota kita yang terhimpun dalam jemaat-jemaat lokal kita berasal dari kaum Kedar ? 

Di daerah-daerah Kristen seperti di Minahasa, di NTT, di Tapanuli Utara, di Karo, di Tanah Toraja, dll, Injil diberitakan dengan limpahnya. Tetapi bagaimana di daerah-daerah lain, yang penghuninya  suku-suku mayoritas Kedar ? Berapa banyak hamba Tuhan yang kini melayani di tengah-tengah orang-orang suku Sunda, Madura, Aceh, Minang  atau Banten ? 

Suku Melayu yang masih terabaikan di Pulau Sumatera al. : suku Bangka, Belitung, Melayu Riau, Melayu Jambi. Di Rumpun Riau ada suku Talang Manak. Di Jambi ada suku Pengkulu, Batin, Pindah. Di Bengkulu ada suku Rejang dengan beberapa anak sukunya. Ini sekedar contoh. 

Di Sumatera Utara ada suku Melayu Deli, Melayu Asahan, Melayu Batubara, suku Pasisir, Mandailing, Angkola. Juga terdapat suku Jawa-Deli yang merupakan sepertiga dari penduduk Sumatera Utara. Di Sumatera Barat, ada suku Minangkabau. Di Aceh, ada suku Aceh, Simurelue, suku Gayo dan suku Alas.   

Di Sumatera Utara, beberapa suku masih sedikit dijangkau oleh Injil padahal begitu banyak gereja terdapat di daerah ini.

Pelayanan Lintas Budaya berada di ujung hidung kita!

Padahal banyak pekerja Tuhan bersesak-sesak rebutan pelayanan di dalam gereja hanya di tengah suku sendiri. Bahkan rebutan kedudukan pimpinan gereja di kalangan sendiri, padahal misalnya di pulau kita, di Pulau Sulawesi, Kalimantan dan Kepulauan Maluku saja masih terdapat puluhan suku dan bahasa yang terabaikan dalam pelayanan berita Injil. Apalagi kalau kita ke pulau Lombok, Sumbawa, Madura, dll. 

Ladang pelayanan lintas budaya di Indonesia sangat besar. Setiap hari ribuan orang meninggal dunia tanpa memperoleh kesempatan untuk mendengar tentang Yesus di banyak daerah di Indonesia, sedangkan banyak lulusan pendidikan teologi hanya terpaku dengan gelar kesarjanaannya tanpa mengimplementasikan misiologi yang pernah dipelajarinya. 

Tragedi ini terjadi setiap hari tanpa kita sadari. Menyedihkan!

Tantangan-tantangan Pelayanan Lintas Budaya di Indonesia 

  • Tantangan Kaum Ekstrimis terhadap Penginjilan 
    • Kaum Kedar-Nebayoth alergi terhadap istilah misi.

Istilah misi selalu dikaitkan dengan tuduhan Kristenisasi. Padahal kita tidak mengkristenkan namun melayani dengan Kasih, dengan berita keslamatan.

  • Kristenisasi, (karena melihat sejarah) juga sering dihubungkan dengan imperialisme Barat (Eropah-Amerika). Di sebagian dunia Islam memang ada semangat anti Barat yang kuat. Anti Amerika, Inggeris, Rusia dan Australia, karena negara-negara ini disebut pembela Kristen.
    • Fakta menunjukkan ada semacam “revival” di dunia Islam secara global, termasuk di Indonesia. Juga bangkitnya kelompok ekstrem yang terang-terangan anti Kristen.
    • Indikasi ini termasuk kebangkitan fundamentalisme, radikalisme, sampai kepada yang paling ekstrem yaitu terorisme. Kita sudah merasakan teror-teror bom mereka di Indonesia.  
    • Sejak dekade 90-an tragedi penutupan, perusakan dan pembakaran gedung gereja, rumah ibadah Kristiani, telah bermunculan secara mengejutkan dan memprihatinkan. Para Pelakunya berasal dari kelompok ekstrem muslim. 
    • Gerakan yang terus bergulir untuk penerapan “Jakarta Charter”, patut diamati dengan cermat.
    • Penerapan syariat Islam di Provinsi NAD dan di beberapa-beberapa kabupaten dan kota, memanfaatkan kesempatan berotonomi, dapat terus berkembang.  
    • Kemungkinan besar akan digolkan semacam Undang-undang Kerukunan Umat Beragama. Suatu strategi halusmenghalangi PI, PG dan Misi. 
    • Kesalahan sekalangan gereja dan umat Kristen yang bersikap “arogan dan eksklusif” dan tidak menunjukkan pelayanan Kasih kepada saudara-saudara kaum Kedar-Nebayoth.
  • Tantangan sosial ekonomi dan budaya 
    • Suatu anggapanyang “aneh” yang terus dikembangkan ialah dikaitkan selalu kehidupan sosial ekonomi kaumTionghoa dengan kaum Komunitas Kristen. 
    • Sehingga asumsinya, bahwa orang-orang Kristen kaya-kaya dan selalu mempengaruhi dengan kekuatan uang. 
    • Faktanya, justru di daerah-daerah kantong Kristen, ekonomi masyarakat Kristen didominasi Kaum Nebayot. Di Papua/Irian Jaya, ekonomi di banyak wilayah tidak dikuasai saudara Papua yang Kristen, tetapi oleh orang Bugis, dll. 

Hal ini terjadi juga di sebagian NTT, Maluku, Kaltim, dll. 

Di Mentawai, orang Minang mendominasi. Di beberapa kawasan Kalimantan, orang Madura dan Banjar. 

Sebaliknya di Sumatera Utara, komunitas Kristen menjadi mangsa kemiskinan karena maraknya perjudian gelap. 

  • Beberapa produsen minuman keras mengaku bahwa pasar terbesar adalah di Sumatera Utara, Papua Irian Jaya dan Sulawesi Utara, daerah komunitas Kristen. 
    • Praktek budaya animisme (dengan berkedok adat istiadat dan tradisi) justru ramai dipraktekkan di komunitas Kristendi Sumatera Utara (Tapanuli, Karo, Simalungun, Dairi dan Nias) dan di Sulawesi Selatan (Tanah Toraja) malah dijadikan objek pariwisata.
  • Tantangan Teologi, Pendidikan dan masalah internal gereja
    • Banyak teologi gereja tidak menekankan lagi pekabaran Injil dan misi, serta kurang aktif dalam penanaman dan pertumbuhan gereja. 
    • Gereja-gereja belum “berani” terjun dalam pelayanan misi, karena dianggap “hight-cost”. Apalagi misi ke luar negeri. 
    • Mudahnya terjadi konflik internal denominasi/organisasi/sinode/jemaat lokal dan sering berakibat skisma bahkan kasus hukum yang berkepanjangan.
    • Kompetisi yang tidak sehatantar sinode-sinode gereja. Sebagian pertumbuhan gereja hanyalah perpindahan dari gereja satu ke gereja lain.
    • Banyak lembaga pendidikan Kristen hanya mementingkan komersialnya dan tidak memanfaatkannya sebagaisarana Pekabaran Injil.
    • Banyak lembaga pendidikan teologi tidak menekankan “output” tenaga-tenaga pelayanan misi lintas budaya dan penanaman gereja. Orientasi lebih berat kepada status pendeta atau gembala sidang atau kedudukanlainnya dalam sinode/organisasi gereja dan bukan menangkan jiwa-jiwa yang belum pernah mendengar berita Injil. 
    • Banyak gereja-gereja (sinodal dan lokal) terlalu fokus hanya kepada pertambahan jumlah anggotanya, tanpa melihat begitu banyak komunitas dan suku-suku yang masih terabaikan untuk dilayani. 
    • Gereja dininabobokkan oleh angka-angka pertumbuhan gereja yang di “mark up”, seperti “30 persen Indonesia sudah Kristen” sehingga “menyesatkan”, padahal Kristen di Indonesia baru 11,8 %. Boleh jadi lebih dari itu. 

Tetapi masih lebih dari 85% yang belum digarap. Di dalamnya sekitar 180 juta lebih domba-domba Kedar-Nebayoth.     

  • Pendidikan teologi kurang mengajarkan pendidikan bahasa asing secara intensif, juga kurang memahami budaya lain, termasuk budaya Islam. Sehingga tidak dapat berperan dalam misi lintas budaya.

Kesimpulan 

Sudah waktunya misiologi kita diberi penekanan kuat kepada gerakan pelayanan lintas budaya baik di dalam Indonesia maupun di skala internasional. 

Sudah waktunya pula kita memberi perhatian yang lebih serius dalam pelayanan kasih dan Injil kepada kaum Kedar-Nebayoth di Indonesia dan di luar Indonesia.

Sudah waktunya kurikulum pendidikan teologi harus diperkaya dengan pelajaran bahasa Inggeris dan bahasa lain yang intensif agar yang terpanggil untuk pelayanan lintas budaya dapat diterjunkan, apalagi sekarang kita ada peluang dengan bekerjasama dengan banyak gereja internasional. 

Kita harus lebih meningkat doa untuk keselamatan etnis-etnis di Indonesia dan bangsa-bangsa di seluruh dunia. Mazmur 2:8

Sudah waktunya kita harus mempelajari budaya-budaya lain, mempelajari Islamologi dengan lebih baik, dan mencari strategi yang tepat bagi upaya menjangkau ladang-ladang bangsa-bangsa dan suku-suku yang begitu luas dan beragam. 

Hari-hari ini Tuhan masih memberikan kesempatan. 

Sekaranglah KAIROS Tuhan! Tebus dan gunakan kesempatan kairos Tuhan yang masih terbuka. 

Penutup 

Waktu sudah semakin singkat. Tanda-tanda akhir zaman memberi bukti yang sangat nyata. Namun peluang masih terbuka, baik di Indonesia maupun di antarbangsa. Sebelum peluang tertutup, kita manfaatkan habis-habisan kesempatan yang masih ada. Kita memang berpacu dengan waktu. Namun ‘Kairos’, ‘waktu Tuhan’ kita yakin masih terbuka untuk gereja. Kita tebus ‘kairos’ dan pergunakan seefektif mungkin untuk pekabaran Injil dan perluasan Kerajaan Allah. 

Marilah kita laksanakan amanat agung Tuhan Yesus Kristus dengan segala kemampuan yang Tuhan berikan pada kita. Kita merindukan Indonesia dipenuhi kemuliaan Tuhan, bahkan seluruh dunia dibanjiri dengan pencurahan Roh Kudus. 

Kita akan terus kabarkan InjilNya, sampai Maranatha, Tuhan Yesus datang kembali. 

Amin.     

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *