Bible Study

Apa itu Pelprup dlm GPdI

PERANAN KAUM PROFESI DAN USAHAWAN PANTEKOSTA GPdI DITINJAU DARI SISI TEOLOGI Oleh Pdt. Dr. M.D. Wakkary

PENDAHULUAN 

Umat Kristiani di Indonesia, termasuk warga jemaat GPdI, memiliki dwi kewarganegaraan. (Matius 22:21). 

Sebagai bagian tak terpisahkan dari bangsa dan masyarakat Indonesia, warga gereja di Indonesia adalah bangsa Indonesia dan warganegara Indonesia, dengan segala hak dan kewajibannya. (Kisah P.R. 22:26-28). 

Tetapi juga selaku warga gereja, kita memiliki kewargaan spiritual yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, suatu keanggotaan dari komunitas yang agung, kudus dan abadi, yaitu sebagai warga Kerajaan Surga. (Filipi 3:20). 

Dalam posisi sebagai warganegara, kita memiliki peran-peran seperti yang digariskan Alkitab dalam Matius 5:13,14; Roma 12:17-21, 13:1-7; Efesus 6:5-8; Kolose 4:5-6;                       I Tesalonika 5:15; I Timotius 2:2; Titus 3:1-2; I Petrus 2:12-17. 

Tugas dan kewajiban kita juga berarti ganda : bagi gereja dan bangsa. 

Siapa usahawan dan profesional Pantekosta

Pada umumnya yang disebut Usahawan dan kaum profesi Pantekosta adalah mereka yang telah menjadi anggota gereja Pantekosta. 

Khotbah Rasul Petrus pada hari Pentakosta secara implisit telah memberikan semacam kriteria dari “orang-orang Pantekosta” seperti tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:38, yaitu : orang-orang yang Bertobat, Dibaptis dan Menerima Roh Kudus. 

Jadi, seorang Pantekosta, haruslah seorang yang sudah bertobat, percaya pada Yesus dan lahir baru. Selanjutnya, harus memberi diri dibaptis. Kemudian, harus menerima kepenuhan Roh Kudus dengan bukti berkata-kata dalam bahasa lidah, bahasa lain atau bahasa Roh, seperti yang diilhamkan Roh Kudus (Kisah 2:4). 

Roh Kudus memenuhi orang percaya dengan tujuan memberdayakannya untuk berkesanggupan (“dunamis”) menjadi saksi Tuhan Yesus di tingkat lokal, nasional, internasional sampai ke skala global. (Kisah 1:8)

Fungsi gereja yang bersaksi di dunia dilukiskan Tuhan Yesus dalam metafora “terang dunia” dan “garam dunia”. (Matius 5:13,14). 

Setiap orang yang menjadi warga gereja, yang menjadi “orang Pantekosta” harus diberdayakan (“empowering”) oleh Roh Kudus, sehingga berkesanggupan (“ability”) untuk berfungsi sebagai “terang dunia” dan “garam dunia”. 

Pelayanan Profesi dan Usahawan 

PELPRUP adalah akronim Pelayanan Profesi dan Usahawan Pantekosta. 

Wadah ini sesuai namanya bergerak, beraktivitas, beroperasi dalam suatu medan yang luas, yang disebut PELAYANAN. 

PELAYANAN, dalam pengertian Alkitabiah, adalah suatu sikap dan tindakan proaktif total roh, jiwa dan tubuh dalam mengabdi kepada Tuhan Yesus Kristus. 

Pelayanan sebagai suatu Ibadah dan dedikasi kepada Tuhan Yesus, hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan, yang terpanggil, yang tulus ihlas bersedia menunaikan panggilan, dengan mengabdi, melayani dan bekerja untuk Tuhan, tanpa pamrih, dengan sukacita dan sukarela, yang berangkat dari motivasi mengasihi Tuhan. 

PELAYANAN mencakup 4 hal yang esensial, yaitu : 

  1. Pelayanan kepada Tuhan

Pelayanan kepada Tuhan merupakan yang terutama dari segala pelayanan. 

Pelayanan kepada sesama manusia, itupun harus didahulukan dan menjadi bagian dari pelayanan kepada Tuhan (Efesus 6:7). Ketika melayani sesama anak Tuhan dalam pelayanan kasih, kita pertama-tama memberikan kepada Allah (II Korintus 8:5). 

Namun demikian pelayanan kepada Tuhansecara khusus, yaitu pelayanan pribadi kita kepada Tuhan, mencakup 3 aspek : 

  1. Tubuh Kudus Bagi Tuhan

Tubuh kita harus menjadi persembahan kudus kepada Tuhan. (Roma 12:1-2, I Korintus 6:19-20).

Tubuh kita dikuduskan dan terus menjadi kudus (I Petrus 2:5). 

Apabila kita mengkuduskan diri, itulah pelayanan kita pada Tuhan. (I Petrus 1:15)

Kita harus terus memelihara diri kita dari semua pencemaran dan hidup kudus bagi Tuhan. Jaga makanan dan jauhilah percabulan. (I Korintus 6:12-16). Godaan seksual dan makanan berada di sekeliling kita untuk menajiskan  atau merusakkan tubuh kita. Kita harus mengalahkannya, karena tubuh kita adalah Rumah Allah. (I Korintus 3:16).  

  1. Memuji, Memuliakan, Menyembah Tuhan

Dengan memuji dan menyembah Tuhan kita melayani Tuhan. 

Pujian dan penyembahan merupakan pelayanan primer dari semua orang tebusan darah Yesus.

Ucapan bibir memuliakan Allah, kita persembahkan senantiasa sebagai korban syukur kepada Tuhan. (Ibrani 13:15). Tubuh kita untuk memuliakan Tuhan (I Korintus 6:20).

Gereja mempunyai tugas pelayanan yaitu bermazmur, mengangkat kidung puji-pujian dan nyanyian rohani dengan bernyanyi dan bersorak segenap hati kepada Tuhan. (Efesus 5:19, Kolose 3:16). 

Menyanyi berarti menggunakan ucapan dan melodi (nada-nada). 

Pujian, dapat berbentuk nyanyian yang sudah digubah dan diaransir atau berupa sembahan yang spontan keluar dari mulut oleh dorongan roh beserta nada-nadanya. 

Rasul Paulus juga memuji dan menyanyi dengan roh. (I Korintus 14;15). 

Kita memuji dan menyembah Tuhan dengan alat-alat musik (Mazmur 150). 

Pujian dan sembahan adalah Ibadah sorgawi (Wahyu 5). 

Kita melayani Tuhan dengan pujian dan sembahan dan Dia berkenan dengan pelayanan ini. Tuhan bertahta di atas puji-pujian umatNya (Mazmur 22:4). 

Menyembah dalam roh dan kebenaran, karena Tuhan kita adalah Roh. (Yohanes 4:23,24)

  1. Berdoa kepada Tuhan

Berdoa, yaitu komunikasi hati dan ucapan dengan Tuhan, merupakan pelayanan pada Tuhan. 

Dengan berdoa, kita berhubungan dengan Tuhan. 

Rasul Paulus juga berdoa dengan akal budi dan dengan roh (I Korintus 14:14).

Musik (Kecapi) dan doa (Kemenyan) ternyata ada di sorga (Wahyu 5:8). 

Doa air mata disimpan di surga. (Mazmur 56:9).

Doa orang benar dengan keyakinan, sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16). 

Doa adalah sarana memohon berkat-berkat. (Filipi 4:6)

Doa dan puasa menghasilkan perkara-perkara besar. (Matius 17:21).

  • Pelayanan kepada Keluarga 

Pelayanan pada keluarga sangat penting; setelah kepada Tuhan. 

Seorang pelayan Tuhan tidak boleh melupakan pelayanan pada keluarga. 

Terutama suami-suami dan ayah-ayah, mereka harus menyediakan waktu dan usaha untuk melayani keluarga. 

Saya pernah mengetahui ada hamba Tuhan yang keliling ke mana-mana melayani, tetapi keluarga diabaikan. 

Ibadah keluarga harus diberi prioritas. 

“Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan”. (Yosua 24:15).

Tuhan peduli kepada keselamatan seluruh keluarga, seisi rumah tangga. (Lukas 19:9, Kisah 10:2-4, 16:30). 

Ayub, Abraham, Ishak, Yakub adalah contoh-contoh imam-imam dalam keluarga. 

  • Pelayanan kepada Jemaat 

Pelayanan kepada Jemaat adalah bagian yang vital dari pelayanan kita. 

Di dalam jemaat lokal, kita harus saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik (Ibrani 10:24). 

Kita harus setia dan giat dalam pertemuan-pertemuan Ibadah (Ibrani 10:25). 

Pelayanan di dalam gereja lokal dapat dibagi dalam dua unsur :

3.1  Unsur Spiritual

Melalui pemberitaan dan pengajaran Firman, dengan nyanyian, dan karunia-karunia roh.

(I Korintus 14:26, Kolose 3:16). 

Dengan saling membangun, saling menguatkan, saling menghibur, saling mendoakan. 

  • Unsur material

Janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah. (Ibrani 13;16). 

Pelayanan kasih dalam memberi harus dilakukan dengan rela hati. Memberi uang, materi, dll harus dengan sukacita. (II Korintus 9:7)

Gereja memerlukan uang untuk kebutuhan pelayanan, dan berkorban uang atau material adalah pelayanan kasih yang Tuhan berkenan dan akan mengembalikannya melalui berkat-berkatNya. 

Pelayanan Diakonia (pelayan meja) harus dipulihkan dalam gereja. (Kisah 6:1-7). Pelayanan diakonia sosial, pelayanan diakonia finansial, pelayanan diakonia masyarakat marjinal, harus digalakkan dalam gereja. Inilah pelayanan yang sering terabaikan. 

Pelayanan kepada sesama gereja, juga berarti kita juga harus melayani dalam visi Tubuh Kristus, gereja universal, yang lintas budaya, yang lintas denominasi, yang lintas sinodal.

  • Pelayanan kepada Dunia

Pelayanan yang esensial ini ialah kesaksian dan pekabaran Injil. 

Gereja mempunyai tugas besar yaitu melaksanakan Amanat agung Tuhan Yesus Kristus, untuk memberitakan Injil, membaptiskan dan memuridkan. 

Alkitab menegaskan bahwa penginjilan pada akhirnya harus berskala Dunia, berskala Internasional, berskala global, namun dimulai dari tingkat lokal. 

Matius 28;19 berkata “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…”

Markus 16:15 : “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk…”

Matius 24:14 : “….Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa…”

Kisah 1:8, “….dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”. 

Rasul Paulus menerima tugas rasul untuk “menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya”. (Roma 1:5). Rasul Yohanes melihat di sorga, “suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa…” (Wahyu 7:9). 

Karena itu, pekabaran Injil adalah pelayanan kepada seluruh dunia, kepada semua suku, bangsa, kaum dan bahasa. 

Penginjilan selalu dimulai lokal (Yerusalem), meluas ke tingkat nasional, seterusnya menjangkau global (ujung bumi). 

Jadi, globalisasi Injil merupakan tugas pelayanan yang paling besar dari gereja sekarang ini.

Di awal abad ke-21 ini, penduduk bumi sudah melampaui 6 milyar manusia, dan tahun 2006, mencapai 7 milyar. Belum diketahui berapa dari 7 milyar penghuni planet bumi ini, yang sudah mendengar Injil. Hanya yang dapat ditaksir ialah penduduk bumi yang sudah beragama Kristen, yaitu sekitar 2 ½ milyar. Berapa dari 2 ½ milyar itu, yang sungguh-sungguh bertobat dan lahir baru, hanya Tuhanlah yang tau. 

RRT dengan mayoritas penganut Budha dan atheis, berpenduduk 1,3 milyar. India dengan mayoritas Hindu dimukim oleh 1,1 milyar manusia. Pemeluk Islam dari Afrika sampai ke Indonesia berjumlah 1,4 milyar. 

Ladang penginjilan sangat luas, besar dan banyak. 

Inilah skala pelayanan gereja yang terbesar dan terberat, tetapi yang harus kita tunaikan. 

RRT yang 50 tahun lalu hanya memiliki puluhan ribu Kristen, sekarang ditaksir sudah memiliki 100 juta, padahal tekanan dan aniaya sangat mengenaskan. 

Gereja, di mana saja, harus memiliki panggilan dan beban pelayanan Injil lintas budaya. 

Pelayanan kepada dunia dalam bentuk lain ialah pelayanan dalam melalui usaha pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, pemeliharaan lingkungan hidup, kesetaraan, keadilan hukum, dll. 

PROFESIONAL DAN USAHAWAN KAYA DALAM ALKITAB

Dalam pembangunan Tabernakel (Kemah Pertemuan Ibadah) Musa, Tuhan memenuhi dengan Roh Kudus 2 orang profesional, Bezaliel dan Aholiab, yang diberikan keahlian oleh Tuhan, untuk merancang dan membangun Tabernakel (Keluaran 31:1-6). 

Musa adalah Pemimpin seluruh umat Israel. Harun adalah Pemimpin imamat. Tetapi Bezaliel dan Aholiab adalah pemimpin proyek pembangunan Tabernakel. Keduanya bertanggung jawab dalam pembangunan teknis Tabernakel, sedangkan Imam Besar Harun bertanggungjawab soal yang spiritual. 

Nabi Musa memiliki latar belakang sebagai seorang intelektual profesional (Kisah 7:22). 

Sebelumnya, Yusuf, anak Yakub dan “anak Tuhan”, dari seorang narapidana, Tuhan percayakan menjadi Wakil Raja, Kepala Pemerintahan dan CEO Bulog Emperium Mesir, karena Yusuf dilimpahi anugerah Tuhan. 

Daniel, seorang profesional, seorang tehnokrat dan intelektual, yang bersama 3 orang rekannya : Hananyah, Misael dan Azaryah, memiliki ketrampilan dan kecerdasan 10X lipat dari semua kaum profesional, intelektual dan eksekutif Imperium Babilonia, karena mereka hidup kudus bagi Tuhan. 

Daniel, seorang profesional dan nabi, dipercayakan menjadi eksekutif pemerintahan di beberapa raja Babel sampai kepada raja-raja Media dan Persia. 

Nehemia, seorang pejabat istana Raja Persia, menjadi nabi dan arsitek renovasi Rumah Allah di Yerusalem. 

Mordekhai, seorang Yahudi menjadi seorang pejabat tinggi Kerajaan Media Persia. 

Di zaman Perjanjian Baru, dokter Lukas, seorang profesional non-Yahudi, menjadi mitra rasul Paulus, dan mendapat ilhaman Roh Kudus menulis dua buku dalam Kitab Suci (Alkitab) yaitu Lukas dan Kisah Para Rasul. 

Rasul Paulus dan Penginjil Apollos memiliki keahlian membuat kemah. 

Yesus memiliki latar belakang profesi tukang kayu. 

Rasul-rasul pilihan Tuhan berasal dari profesi nelayan sampai tax-collector. 

Sering dipertanyakan apakah ada orang-orang kaya (pebisnis atau traders yang sukses) yang menonjol dalam Alkitab. 

Ayub, adalah orang terkaya dari semua orang di sebelah timur. (Ayub 1:3)

Ishak, menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga menjadi sangat kaya. (Kejadian 26:13). 

Yusuf dari Arimatea, seorang kaya, menjadi murid Yesus. (Matius 27:57). 

Zakheus, seorang yang kaya, menerima Yesus dengan sukacita. (Lukas 19:2,6). 

Kornelius, seorang perwira Italia, yang banyak berkorban uang senantiasa berdoa kepada Allah (Kisah 10:2). 

Lidia, pengusaha wanita, beribadah kepada Allah (Kisah 16:14).

KONTRIBUSI PELPRUP DALAM GEREJA 

Zakheus si orang kaya, yang menerima Yesus. Kornelius si Perwira Roma yang dipenuhi Roh Kudus. Keduanya memiliki roh memberi. Zakheus, si orang kaya, sebagai bukti pertobatannya, memberikan setengah dari property-nya kepada orang miskin. 

Kornelius, si perwira Romawi, memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi. 

Kontribusi kaum profesi dan usahawan Pantekosta menurut Alkitab adalah memberi apa yang dimilikinya untuk kepentingan orang lain yang memerlukannya. 

Memberi keahlian, memberi dalam hal keuangan, memberi konsultasi, memberi bantuan jasa, dll.  

Lawyer memberikan bantuan hukum, misalnya. Dokter memberikan kontribusi perawatan atau pengobatan gratis. Seorang pakar information technology memberikan jasa komputer. 

Para pengusaha memberikan kontribusi di bidang diakonia dalam arti yang seluasnya. Orang-orang kaya memberikan kekayaannya, selain persepuluhan. 

Di dalam gereja, sangat banyak bidang di mana Pelprup dapat memberikan kontribusinya. 

PELPRUP dianjurkan untuk dapat lebih banyak “memberikan sedekah”, atau dalam bahasa teologisnya, lebih berbuat banyak dalam diakonia gerejawi dan bantuan jasa konsultasi kepada warga gereja.  

PARTISIPASI, PERAN dan KONTRIBUSI PELPRUP dalam TRANSFORMASI

PELPRUP harus menggunakan strategi teologis alkitabiah yang praktis, dan mengaplikasikannya untuk mengambil peran-peran dalam transformasi bangsa dan masyarakat Indonesia.

Dua prinsip kesaksian Kristen yang diajarkan oleh Yesus Kristus dalam Injil Matius 5:13-14, yaitu : “Kamu adalah garam dunia” dan “Kamu adalah terang dunia”, adalah suatu peran Illahi yang mampu menggerakkan proses transformasi. 

Peran sebagai garam dunia.

Secara ilmiah dibuktikan bahwa garam yang tulen tidak akan pernah kehilangan keasinannya. Penelitian mengungkapkan bahwa sodium florida adalah molekul kimia yang paling stabil – dimakan atau menjadi keringat atau jatuh di air, di tanah – garam tetap garam. Garam dapur atau disebut juga natrium clorida (NaCl), kalau dimasukkan ke dalam makanan dan dimakan lalu menjadi keringat, atau dicampur dengan bahan lainnya, dia tetap NaCl. Boleh dikatakan bahwa NaCl adalah molekul abadi. Dalam Kitab Bilangan 18:19 dikatakan adanya “suatu perjanjian garam untuk selamanya…”

Jadi, yang dimaksudkan dengan prinsip strategi garam adalah fungís kesaksian Kristen yang melarut, terus menerus, kuat dan mempengaruhi, walaupun ia tidak kelihatan. Pada waktu garam melarut rasa asinnya berpengaruh nyata, dapat dirasakan. Orang-orang Pantekosta harus melarut mempengaruhi di segala bidang kehidupan umat manusia, walaupun mungkin tidak memamerkan label Kristen atau Pantekosta. Di sini lebih berperan nilai kualitas seorang Kristen secara spiritual dan intelektual di seluruh strata dan segmen masyarakat serta dalam aktivitas “dunia sekuler”. 

Anak-anak dalam berbagai profesinya, dalam rupa-rupa komunitasnya, dipacu untuk berpengaruh, untuk menguasai dan lalu mentransformasi. 

Tampil sebagai “terang dunia”.

Yang dimaksud dengan ini, ialah kinerja atau performansi orang-orang Kristen, orang-orang Pantekosta, dalam kehidupan dunia ini. Kinerja ini diuraikan secara populer oleh Tuhan Yesus dalam Matius 5:16 sebagai : “perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga”.  Kesaksian warga jemaat harus dapat dilihat oleh banyak orang, oleh dunia, melalui perbuatan atau karya-karyanya yang konkret, yang baik, yang bermanfaat. Sekecilnya cahaya terang dalam kegelapan ia memiliki daya atau kuasa menembus kegelapan dan mengubah situasi gelap menjadi kurang gelap, tidak gelap atau terang benderang, tergantung kepada kekuatan cahayanya. Contohnya, lampu di malam hari.

Pemberitaan Injil, juga termasuk kesaksian yang dilihat. Apalagi apabila ada demonstrasi kuasa Allah. 

Dalam situasi dan kondisi politik, sosial, alam lingkungan hidup, budaya, ekonomi, penegakan hukum (hak asasi manusia),dll yang masih gelap atau kabur di Indonesia, mampukah profesional dan pebisnis Kristen tampil dengan cahaya terangnya? 

Di sini Gereja – baik sebagai persekutuan orang-orang percaya, baik sebagai pribadi-pribadi orang-orang Kristen, maupun sebagai institusi, organisasi atau kelembagaan-kelembagaan – harus tampil, harus maju menyatakan cahaya Kristianinya, sebagai “lilin-lilin” yang bersinar. Kapasitas, potensi, kinerja, atau karya konkret orang-orang Kristen musti dapat dibuktikan. 

Substansi dari kedua peran ini ialah partisipasi untuk transformasi.

Kesaksian Pantekosta seharusnya memiliki “spiritual power” (oleh Roh Kudus) yang berdaya mentransformasi, baik dalam fungsi garam maupun sebagai terang. 

STRATEGI PERJUANGAN KITA 

Strategi perjuangan kita terdapat dalam Injil Matius 10:16, Yesus mengatakan :

“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”

Sepintas tanggapan sesuai logika dan emosi, pengutusan Yesus dengan model seperti ini memberi kesan, orang Kristen itu lemah, tidak galak dan konyol. Sebab, bagaimana domba dapat bertahan hidup di tengah-tengah serigala yang banyak ? Pasti sang domba tidak sanggup bertahan, bahkan menjadi mangsa empuk, tidak berdaya dan akhirnya mati konyol. Tetapi apabila kita melihat pengutusan Yesus ini dalam konteks Mazmur 23 dan Yohanes 10, maka pengutusan dan perjuangan kita sungguh dijamin oleh Tuhan. Kalau kita adalah domba-domba, maka Tuhan-lah Gembala Agung kita, yang tidak akan membiarkan domba-dombanya menjadi mangsa serigala. Dia pasti memperhatikan, memelihara dan membela domba-dombaNya.

Ketergantungan total kepada kemahakuasaan Yesus Kristus adalah kunci keberhasilan strategi ini.

Strategi perjuangan itu dilengkapi dengan dua “senjata”, yaitu “cerdik seperti ular”dan “tulus seperti merpati”.

Ular ialah binatang paling cerdik (Kejadian 3:1), sampai Iblis memperalatnya menjatuhkanmanusia ke dalam dosa. Raja Salomo melukiskan ular sebagai salah satu dari satwa yang mengherankan (Amsal 30:19).

Yesus tidakpernah menyuruh murid-muridNya menjadi ular, tetapi meniru kecerdikannya. Dalam “Encyclopedy of Reptiles”, saya menemukan catatan bahwa ular memiliki indra istimewa. Lidahnya yang panjang kalau dijulurkan memiliki indra penciuman dan pelacakan yang luar biasa. Lidah ular menjilat tanah dan meliuk-liuk di udara mampu merekan sinyal-sinyal kimia dari tanah dan udara. Hasil temuan lidahnya dimasukkan ke bagian atas rongga mulutnya. Dalam moncongnya ular lagi-lagi memiliki indra istimewa yang tidak dimiliki satwa lain yaitu “Jacobson Sensory”. Oleh indra ini, ular berkemampuan melacak di tanah dan udara mangsanya. Jejak mangsa dapat diketahui walaupun jauh jaraknya dan gelap. Lalu sang ular dapat mengejarnya dengan tekun, cermat, teliti dan diam-diam, menyelusuri padang yang jauh dan cadas yang tinggi, memanjat pohon, merambati ranting-ranting bahkan sampai ke daun-daunan, bahkan berenang di air untuk mencapai mangsanya. Sebagian ular memiliki indra lain yang terletak di bagian atas bibir atau dekat mata. Indra ini berfungsi bagaikan kamera infra merah, sehingga di tengah kegelapan yang pekat di mana indra mata tidak bisa menembus, sang ular mampu menangkap tikus hitam. Ditambah dengan panjang badannya yang elastis, ular memiliki kesanggupan luar biasa mengelakkan diri dari berbagai bahaya atau incaran musuhnya.

Kata “cerdik” dalam bahasa Yunanyi  phronimos,yang maknanya practically wisdom(kearifan yang praktis atau hikmat yang diaplikasikan). Ular memiliki konotasi dengan kecakapan intelektual.Cerdik seperti ular harus dipadankan dengan tulus seperti merpati. Ini strategi perjuangan kembar yang saling mengisi.

Merpatiadalah unggas yang suka hidup dalam kelompok besar atau bermasyarakat. Gereja tidak boleh mengisolasi diri dari masyarakat, dan harus hidup gandrung persatuan. Merpati terdapat hampir di segenap penjuru planet bumi ini. Merpati selalu hidup dalam suasana bersih. Umat Kristiani harus berusaha hidup dalam kekudusan. Sifat istimewa dari merpati adalah monogamis, tidak seperti hewan lainnya yang suka gonta ganti pasangan. Merpati setia kepada pasangannya, jantan merpati akan selalu kembali kepada betina pasangannya. Merpati jinak dan patuh kepada majikannya.; Kata “tulus” dalam bahasa Yunaninya akeraios,yang berarti unmixed(tidak bercampur).

Apabila ular diidentifikasi dengan “cerdik” yaitu kecakapan intelektual maka merpati identik dengan “tulus hati” atau nilai-nilai spritual.

Menurut“Encyclopedy of Birds”,  merpati mampu terbang tinggi dengan kecepatan 70 km perjam. Itu sebabnya pernah dikenal merpati pos. Keistimewaan alamiah merpati, sarat-sarat dengan makna-makna spiritual.

Orang-orangPantekosta harus berjuang dengan kualitas rohani “tulus seperti merpati”, dan dengan kapasitas intelektual “cerdik seperti ular.”

Rasio manusia akan tetap mempertanyakan “bagaimana mungkin “domba” berakal “ular” dan berhati “merpati” dapat tidak konyol menghadapi “serigala”. Firman Allah adalah kebenaran, tidak pernah keliru atau salah. Logika kita menggelengkan kepala memahami paradoks ini. Tetapi sekali lagi, jangan lupa, “domba” yang tulus dan cerdik selalu dibeking “Gembala Agung” (Mazmur 23, Yohanes 10:11-12), Tuhan Yesus yang mahakuasa.

Penutup 

Peranan kaum profesional dan usahawan GPdI dari sisi teologi sangat banyak dan beragam, namun tujuannya ialah perluasan Kerajaan Allah di bumi ini, di bumi Indonesia dengan hampir 230 juta penduduknya. 

Tugas kita besar dan berat. Itu  sebabnya kita memerlukan dukungan yang besar dan powerful dari Roh Kudus. 

Keahlian profesi kita, kecakapan dan kemahiran kita berbisnis, akan sedikit sekali efektivitasnya, jikalau pengurapan Roh Kudus juga tidak besar. 

Kaum Profesi dan Usahawan Pantekosta harus : “back to the Bible”. Zakharia 4:6 menegaskan : “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman Tuhan semesta alam”. 

Sebagai orang-orang Pantekosta, besarnya peranan kita sangat tergantung kepada bobot empoweringyang berproses dalam kehidupan kita. 

Doa dan harapan saya, semoga PELPRUP GPdI memiliki pengurapan Roh Kudus yang perkasa dan dahsyat, agar menjadi PEMIMPIN-PEMIMPIN dalam Pelayanan dengan dimensi yang seluasnya, untuk ber-dunamismentransformasi komunitas kita, demi perluasan Kerajaan Allah dan bermuara hanya untuk kemuliaan Tuhan Allah kita. 

Terimakasih, Tuhan Yesus Kristus memberkati. 

Haleluyah! Shalom! 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *